Selasa, 02 Agustus 2016

Dilema Pembangunan karena Salah Paham

Bismillah

Diskusi malam tadi membuka lembaran ingatan yang terlipat-lipat. Tiap orang tentu ingin sehat bukan? Hanya orang yang putus asa yang berharap jadi orang sakit, atau bisa jadi sebagai bentuk perlawanan mereka yang tertindas supaya tak diperalat mereka yang punya kuasa (curcolan buruh). Entah seorang anak kecil, orang yang agak gede, dewasa, terlebih lagi sudah sepuh.

Indeks pembangunan manusia (IPM) atau bahasa Inggrisnya human development index (HDI) adalah indeks buat mengetahui kualitas manusia di suatu wilayah. Aspek yang dinilai itu ada tiga: tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, dan tingkat kesejahteraan, intinya itu. Nah, waktu aku ikut mata kuliah statistik di awal semester, tingkat kesehatan itu diukur lewat angka harapan hidup, berapa rata-rata usia orang dalam suatu wilayah. Salah pahamnya dimana?

Minggu, 31 Juli 2016

Mimpi dan Kenyataan

Bismillah

Bahasan mimpi kali ini bukanlah mimpi "cita-cita" atau "visi" seperti yang biasa dibahas dengan teman-teman SMA ku. Mimpi yang kumaksudkan di sini ya mimpi beneran. Tidur, masuk ke dunia lain..

Aku sedikit heran, apa mimpi punya kaitan dengan dunia lain? Sebab aku merasa mimpiku seperti cerita bersambung, meski nggak semuanya, seolah-olah ada kota bahkan provinsi tersendiri dalam dunia mimpiku. Bahkan, aku sempat hafal rute perjalanannya, dari sini, ke situ, ke sana, dll. Meski sebagian ada kesamaan dengan dunia nyata, uniknya adalah ketika mimpi terjadi, mengapa latar yang sama digunakan kembali?

Minggu, 26 Juni 2016

Sepekan Setelah Tamyiz

Bismillah

Salah satu kajian dari akademi peradaban di MMI menceritakan kisah Islamisasi kebudayaan pada masa kerajaan Hindu saat itu. Perayaan pesta yang diadakan oleh orang-orang kaya nggak terima sehari-dua hari. Perayaan bisa 7 hari sampai 40 hari. Entah ya, itu ngapain aja, tapi yang jelas disana ada pertunjukan drama entah dalam bentuk wayang orang atau kulit. Drama yang ada mengisahkan cuplikan-cuplikan Mahabarata. Sunan Kalijaga memanfaatkan media itu untuk berdakwah dengan mengganti kisah-kisah yang bertentangan dengan ketauhidan, perlahan tapi pasti. Salah satunya adalah desakralisasi dewa-dewa yang awalnya sangat kuat berkuasa menjadi kalah melawan Semar.

Jumat, 20 Mei 2016

Data yang Patut Diragukan

Bismillah

Saat aku menulis bagian ini, kurasa ada yang menarik dari keilmuan. Entah benar atau tidak, karena ide ini baru melintas seketika aku membuka halaman depan blogger. Secara umum, ilmu terbagi atas tiga hal: ilmu untuk beribadah kepada Allah azza wa jalla, ilmu untuk memakmurkan dunia, dan ilmu yang tak berguna. Aku memilah ketiga jenis keilmuan ini menurut framework dari Al Baqarah ayat 30 dan Adz Dzariyat ayat 56. Yah, buka sendirilah kalau lupa..

Meskipun aku setuju dengan kalimat Conan, "Hanya ada satu kebenaran", aku masih membagi keilmuan menurut kebenaran tunggal dan kebenaran ganda. Kebenaran tunggal itu keilmuan yang digali untuk beribadah kepada Allah azza wa jalla yang sifatnya absolut berasal dari wahyu. Sementara kebenaran ganda itu keilmuan yang digali untuk memakmurkan dunia. Kukatakan ganda karena berasal dari ra'yu (pendapat) yang bisa salah, bisa benar. Aku setuju dengan kalimat Conan karena aku menganggap memang sebenarnya kebenaran itu tunggal, tetapi akal manusia belum mampu mencapainya, atau karena kekotoran politik manusia yang membuat kebenaran menjadi ganda.

Cari di youtube: Two & Two

Senin, 28 Maret 2016

Desa Pacinta

Bismillah

Mendengar penelitian yang akan kulakukan, sebagian teman-temanku menyarankanku untuk memilih Pacitan sebagai lokasi. Pacinta, biasa kami pelesetkan seperti itu karena butuh kerja keras untuk hidup di sana, butuh cinta supaya betah disana, mungkin. Tapi kukatan, "Ini baru penelitian, belum ke penerapannya."

Sekilas terdengar menarik apa yang terjadi di Pacinta. Tanah berupa bukit-bukit karang tandus dan infrastruktur yang minim membuat Pacinta masuk ke trilogi kabupaten terbelakang di Pulau Jawa: Pacitan, Wonoobo, Wonosari atau disingkat menjadi Pawonsari. Aku pun membayangkan bagaimana hidup di sana, dalam keterbatasan entah ada listrik atau enggak, entah ada sinyal atau enggak karena aku baru merasakan situasi yang mungkin mirip dengan situasi Pacinta, Tulungagung.

Minggu, 13 Maret 2016

Bahaya Middle Class of Intellectual

Bismillah

Apabila dirangkum, kelas-kelas intelektual terdiri atas kelas bawah, kelas menengah, kelas tinggi. Pembagian kelas ini nggak berdasarkan seberapa tinggi tingkat pendidikannya, soalnya bicara tingkat pendidikan, akan mengarah ke pendidikan formal. Padahal, pendidikan formal itu penuh kedustaan. Hasil bisa bagus, tapi belum tentu prosesnya. Sudah berapa kali kita dengar UN penuh kecurangan? Bahkan SMA kompleks sekalipun, meski cuma sebagian kecilnya aja. Bukan bermaksud menyombongkan, kalau sekelas SMA kompleks pun ada kecurangan, bagaimana dengan di luar SMA kompleks? Itu bicara kedustaan pendidikan formal tingkat dasar dan menengah. Gimana pendidikan formal tingkat tinggi? Entah aku belum mendengar informasi dari kampus lain, tetapi di kampusku, ketika tes tulis tiba, nggak jarang teman-temanku sekelas melakukan kecurangan. Belum lagi ijazah bisa dibeli. Bukan pendidikan formal yang kumaksudkan sebagai kelas intelektual, tapi yang lain. Lalu apa?
Crah agawe bubrah

Jumat, 04 Maret 2016

Radikalisme?

Bismillah

"Dana Desa ini benar-benar cash for work dan dirasakan masyarakat dengan program yang sepenuhnya ada di desa. Tidak lagi hanya program pusat yang sekedar menetes ke desa. Kebijakan Dana Desa ini termasuk kebijakan radikal yang diterapkan pemerintahan Jokowi-JK," ujar Marwan.