Bismillah
Saat bertemu kawan lama beberapa hari yang lalu, ada satu pertanyaan yang membuatku terusik.
"Menanam (tanaman) itu buat apa?"
===
Saat ini -bisa dikatakan- manusia memasuki zaman yang belum pernah dicapai makhluk lain: zaman teknologi digital. Alat yang memudahkan kehidupan manusia bernama teknologi ini semakin lama semakin kecil dan praktis. Sebut saja penyampaian berita yang dahulu memerlukan waktu beberapa bulan untuk mengabarkan kehebohan"negara itu terkena wabah". Itupun hanya didengar oleh segelintir orang. Kini, berita heboh bisa segera diketahui banyak orang yang kita tak perlu heran dengannya. Inilah masalahnya.
Aku lupa darimana mendapatkan kalimat ini: "Dahulu informasi disimpan begitu ketat supaya penguasa tetap berkuasa. Kini informasi dialirkan begitu deras bahkan dicampur dengan informasi palsu ataupun multitafsir agar terjadi perdebatan di masyarakat sehingga masyarakat tidak sempat membahas hal yang lebih prinsip."
Begitulah teknologi. Teknologi memang menjadi alat yang memudahkan kehidupan manusia. Hanya saja teknologi belum tentu membuat manusia lebih bijak, menyadari ada sesuatu yang tidak beres di luar sana. Sebut saja soal FreeP*rt. Perusahan eksploitatif ini mengeruk jutaan (bahkan miliaran) ton tanah berisikan emas keluar ke negara lain. Apa yang didapat di negeri sendiri? Bagi hasil memang ada, tetapi jumlahnya terlampau kecil. Selain itu menyisakan perselisihan antar masyarakat dan kerusakan lingkungan. Eh, darimana tahu tambang itu membuat perselisihan antar masyarakat dan kerusakan lingkungan?
-dari internet-
Dulu berawal dari nonton film "Blood Diamond" pas SD. Tapi berhubung jam tayang Bioskop Tr*ns TV cukup malam, aku nggak bisa nonton penuh -disuruh tidur. Sewaktu SMA, alhamdulillah sekolahku punya akses internet wifi. Waktu itu aku belum punya laptop sih, tapi cukup dekat dengan orang labkom. Tinggal masuk ke labkom deh.
Buat yang belum tahu apa isi film itu, silahkan tonton sendiri (lol). Film itu menceritakan seorang jurnalis yang mencari tau lebih dalam apa yang terjadi di balik konflik berkepanjangan di salah satu negara di Afrika. Setelah menonton film itu, aku menelusuri kebenaran kisah yang ada di film itu. Hasilnya, kisah itu bisa jadi kisah fiksi, tapi informasi yang dibawa dalam cerita sangat menggambarkan kondisi perang saudara di negara-negara Afrika karena adanya kekuatan asing yang ingin mengambil sumberdaya alam berupa batu permata. Negara dibuat korupsi, masyarakat dipersenjatai untuk memberontak, negara dipersenjatai untuk melawan pemberontak. Kedua kelompok harus menyerahkan batu permata untuk ditukar dengan senjata.
Mengerikan bukan? Rasa penasaranku akan kisah tersebut tidak berhenti sampai di Afrika. Tiba-tiba terbesit, "Bagaimana dengan Indonesia?" Silahkan cari "Alkinemokiye".
===
"Menanam (tanaman) itu buat apa?"
Sayang sekali saat itu aku menjawab dengan argumen yang sangat lemah. "Aku memang suka tanaman."
Spontan ia tertawa dan membalas, "Adalah hal aneh saat ini, anak muda suka tanaman."
Balasan itu membuatku termenung sambil tersenyum miris. Beruntung ada yang mengalihkan pembicaraan sehingga saat itu seolah tak terjadi apa-apa. Namun saat itu ada kicauan kilat dalam hati. Dari percakapan singkat dan profesinya, aku tak mungkin menuduhnya macam-macam karena ia seorang yang cukup paham mendalam perkara agama. Jalan pikiran seperti apa sehingga pertanyaan dan pernyataan itu muncul?
Aku menyimpulkan bahwa ia orang yang terlampau baik. Ia membatasi dirinya untuk hanya membuka saluran informasi-informasi yang baik. Aku hanya bisa memakluminya, mungkin ia tak se-kepo diriku sehingga kami punya pandangan yang berbeda dalam memandang tanaman. Lalu, sebenarnya menanam (tanaman) itu buat apa?
===
Indonesia negara agraris. Sering dengar istilah itu kan? Waktu SD kita diberitahu guru-guru kita dengan slogan-slogan yang indah. Gemah ripah loh jinawi, toto tentrem kerto raharjo, subur tanpo tinandur, murah tanpo tinuku, Indonesia zamrud khatulistiwa, dan masih banyak lagi. Pernah dengar kalimat-kalimat itu kan?
Memang benar, kita adalah negri yang dianugerahi puluhan (atau ribuan?) gunung api,
negri yang mendapatkan sinar matahari sepanjang tahun, atau hujan
mengairi seluruh negri, yang seharusnya itu menjadikan negri kita subur. Kenyataannya? Kita impor berbagai bahan pangan! Beras, jagung, kedelai, gandum, gula, bahkan garam. Gimana ya..
Negri kita menduduki peringkat 4 dunia dalam hal jumlah penduduk. Jumlah itu akan terus bertambah. Tapi jumlah petani kita terus menurun. Wajar saja negri kita impor pangan. Eh, wajar? Kita nggak bersyukur banget ya. Dianugerahi iklim tropis, gunung api, curah hujan tinggi, eh nggak dimanfaatkan. Gimana dong..
Jadi, menanam (tanaman) itu buat apa? Bisa diterkalah jawabannya gimana.
Tampilkan postingan dengan label paradigmshift. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label paradigmshift. Tampilkan semua postingan
Selasa, 04 Juni 2019
Rabu, 02 Agustus 2017
Istikhlaf, Manusia dan Khalifah
Bismillah
Di mata kapitalisme, manusia berkedudukan di tempat paling tinggi di dunia ini. Apabila dunia ini diibaratkan segitiga, maka manusia berada di puncak segitiga. Apabila dibuat rantai makanan, maka manusia berada di puncak rantai makanan, di atas hewan-hewan karnivora. Berbeda dengan environmentalis. Apabila dunia ini diibaratkan lingkaran, maka manusia berada di antara lingkaran. Manusia dan lingkungan adalah hal yang saling menjaga. Jika alam rusak, maka rusak pula manusia. Apabila rantai makanan terputus, terancamlah manusia. Lalu, bagaimana kedudukan manusia dalam Islam?
Di mata kapitalisme, manusia berkedudukan di tempat paling tinggi di dunia ini. Apabila dunia ini diibaratkan segitiga, maka manusia berada di puncak segitiga. Apabila dibuat rantai makanan, maka manusia berada di puncak rantai makanan, di atas hewan-hewan karnivora. Berbeda dengan environmentalis. Apabila dunia ini diibaratkan lingkaran, maka manusia berada di antara lingkaran. Manusia dan lingkungan adalah hal yang saling menjaga. Jika alam rusak, maka rusak pula manusia. Apabila rantai makanan terputus, terancamlah manusia. Lalu, bagaimana kedudukan manusia dalam Islam?
Kamis, 22 September 2016
Equinox
Bismillah
Bismillah
23 September adalah salah satu tanggal khusus dalam astronomi. Equinox, begitulah disebutnya. Equinox bisa dikatakan tegak lurusnya matahari menyinari bumi. Momen ini menjadi titik pergantian musim. Buat negara di daerah khatulistiwa, biasanya tanggal 22-23 September menjadi awal musim penghujan, sementara equinox selanjutnya (tanggal 20 Maret) menjadi awal musim kemarau. Entah kenapa, momennya pas sekali. Musim apa sekarang jadi nggak jelas, apakah sekarang musim penghujan atau kemarau? Buat orang yang nggak paham penanggalan musim pasti bingung. Apa gara-gara bumi sudah berubah jadi datar ya? Hehe
Bismillah
23 September adalah salah satu tanggal khusus dalam astronomi. Equinox, begitulah disebutnya. Equinox bisa dikatakan tegak lurusnya matahari menyinari bumi. Momen ini menjadi titik pergantian musim. Buat negara di daerah khatulistiwa, biasanya tanggal 22-23 September menjadi awal musim penghujan, sementara equinox selanjutnya (tanggal 20 Maret) menjadi awal musim kemarau. Entah kenapa, momennya pas sekali. Musim apa sekarang jadi nggak jelas, apakah sekarang musim penghujan atau kemarau? Buat orang yang nggak paham penanggalan musim pasti bingung. Apa gara-gara bumi sudah berubah jadi datar ya? Hehe
Selasa, 02 Agustus 2016
Dilema Pembangunan karena Salah Paham
Bismillah
Diskusi malam tadi membuka lembaran ingatan yang terlipat-lipat. Tiap orang tentu ingin sehat bukan? Hanya orang yang putus asa yang berharap jadi orang sakit, atau bisa jadi sebagai bentuk perlawanan mereka yang tertindas supaya tak diperalat mereka yang punya kuasa (curcolan buruh). Entah seorang anak kecil, orang yang agak gede, dewasa, terlebih lagi sudah sepuh.
Indeks pembangunan manusia (IPM) atau bahasa Inggrisnya human development index (HDI) adalah indeks buat mengetahui kualitas manusia di suatu wilayah. Aspek yang dinilai itu ada tiga: tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, dan tingkat kesejahteraan, intinya itu. Nah, waktu aku ikut mata kuliah statistik di awal semester, tingkat kesehatan itu diukur lewat angka harapan hidup, berapa rata-rata usia orang dalam suatu wilayah. Salah pahamnya dimana?
Diskusi malam tadi membuka lembaran ingatan yang terlipat-lipat. Tiap orang tentu ingin sehat bukan? Hanya orang yang putus asa yang berharap jadi orang sakit, atau bisa jadi sebagai bentuk perlawanan mereka yang tertindas supaya tak diperalat mereka yang punya kuasa (curcolan buruh). Entah seorang anak kecil, orang yang agak gede, dewasa, terlebih lagi sudah sepuh.
Indeks pembangunan manusia (IPM) atau bahasa Inggrisnya human development index (HDI) adalah indeks buat mengetahui kualitas manusia di suatu wilayah. Aspek yang dinilai itu ada tiga: tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, dan tingkat kesejahteraan, intinya itu. Nah, waktu aku ikut mata kuliah statistik di awal semester, tingkat kesehatan itu diukur lewat angka harapan hidup, berapa rata-rata usia orang dalam suatu wilayah. Salah pahamnya dimana?
Minggu, 26 Juni 2016
Sepekan Setelah Tamyiz
Bismillah
Salah satu kajian dari akademi peradaban di MMI menceritakan kisah Islamisasi kebudayaan pada masa kerajaan Hindu saat itu. Perayaan pesta yang diadakan oleh orang-orang kaya nggak terima sehari-dua hari. Perayaan bisa 7 hari sampai 40 hari. Entah ya, itu ngapain aja, tapi yang jelas disana ada pertunjukan drama entah dalam bentuk wayang orang atau kulit. Drama yang ada mengisahkan cuplikan-cuplikan Mahabarata. Sunan Kalijaga memanfaatkan media itu untuk berdakwah dengan mengganti kisah-kisah yang bertentangan dengan ketauhidan, perlahan tapi pasti. Salah satunya adalah desakralisasi dewa-dewa yang awalnya sangat kuat berkuasa menjadi kalah melawan Semar.
Salah satu kajian dari akademi peradaban di MMI menceritakan kisah Islamisasi kebudayaan pada masa kerajaan Hindu saat itu. Perayaan pesta yang diadakan oleh orang-orang kaya nggak terima sehari-dua hari. Perayaan bisa 7 hari sampai 40 hari. Entah ya, itu ngapain aja, tapi yang jelas disana ada pertunjukan drama entah dalam bentuk wayang orang atau kulit. Drama yang ada mengisahkan cuplikan-cuplikan Mahabarata. Sunan Kalijaga memanfaatkan media itu untuk berdakwah dengan mengganti kisah-kisah yang bertentangan dengan ketauhidan, perlahan tapi pasti. Salah satunya adalah desakralisasi dewa-dewa yang awalnya sangat kuat berkuasa menjadi kalah melawan Semar.
Jumat, 20 Mei 2016
Data yang Patut Diragukan
Bismillah
Saat aku menulis bagian ini, kurasa ada yang menarik dari keilmuan. Entah benar atau tidak, karena ide ini baru melintas seketika aku membuka halaman depan blogger. Secara umum, ilmu terbagi atas tiga hal: ilmu untuk beribadah kepada Allah azza wa jalla, ilmu untuk memakmurkan dunia, dan ilmu yang tak berguna. Aku memilah ketiga jenis keilmuan ini menurut framework dari Al Baqarah ayat 30 dan Adz Dzariyat ayat 56. Yah, buka sendirilah kalau lupa..
Meskipun aku setuju dengan kalimat Conan, "Hanya ada satu kebenaran", aku masih membagi keilmuan menurut kebenaran tunggal dan kebenaran ganda. Kebenaran tunggal itu keilmuan yang digali untuk beribadah kepada Allah azza wa jalla yang sifatnya absolut berasal dari wahyu. Sementara kebenaran ganda itu keilmuan yang digali untuk memakmurkan dunia. Kukatakan ganda karena berasal dari ra'yu (pendapat) yang bisa salah, bisa benar. Aku setuju dengan kalimat Conan karena aku menganggap memang sebenarnya kebenaran itu tunggal, tetapi akal manusia belum mampu mencapainya, atau karena kekotoran politik manusia yang membuat kebenaran menjadi ganda.
Cari di youtube: Two & Two |
Minggu, 13 Maret 2016
Bahaya Middle Class of Intellectual
Bismillah
Apabila dirangkum, kelas-kelas intelektual terdiri atas kelas bawah, kelas menengah, kelas tinggi. Pembagian kelas ini nggak berdasarkan seberapa tinggi tingkat pendidikannya, soalnya bicara tingkat pendidikan, akan mengarah ke pendidikan formal. Padahal, pendidikan formal itu penuh kedustaan. Hasil bisa bagus, tapi belum tentu prosesnya. Sudah berapa kali kita dengar UN penuh kecurangan? Bahkan SMA kompleks sekalipun, meski cuma sebagian kecilnya aja. Bukan bermaksud menyombongkan, kalau sekelas SMA kompleks pun ada kecurangan, bagaimana dengan di luar SMA kompleks? Itu bicara kedustaan pendidikan formal tingkat dasar dan menengah. Gimana pendidikan formal tingkat tinggi? Entah aku belum mendengar informasi dari kampus lain, tetapi di kampusku, ketika tes tulis tiba, nggak jarang teman-temanku sekelas melakukan kecurangan. Belum lagi ijazah bisa dibeli. Bukan pendidikan formal yang kumaksudkan sebagai kelas intelektual, tapi yang lain. Lalu apa?
Apabila dirangkum, kelas-kelas intelektual terdiri atas kelas bawah, kelas menengah, kelas tinggi. Pembagian kelas ini nggak berdasarkan seberapa tinggi tingkat pendidikannya, soalnya bicara tingkat pendidikan, akan mengarah ke pendidikan formal. Padahal, pendidikan formal itu penuh kedustaan. Hasil bisa bagus, tapi belum tentu prosesnya. Sudah berapa kali kita dengar UN penuh kecurangan? Bahkan SMA kompleks sekalipun, meski cuma sebagian kecilnya aja. Bukan bermaksud menyombongkan, kalau sekelas SMA kompleks pun ada kecurangan, bagaimana dengan di luar SMA kompleks? Itu bicara kedustaan pendidikan formal tingkat dasar dan menengah. Gimana pendidikan formal tingkat tinggi? Entah aku belum mendengar informasi dari kampus lain, tetapi di kampusku, ketika tes tulis tiba, nggak jarang teman-temanku sekelas melakukan kecurangan. Belum lagi ijazah bisa dibeli. Bukan pendidikan formal yang kumaksudkan sebagai kelas intelektual, tapi yang lain. Lalu apa?
Crah agawe bubrah |
Jumat, 04 Maret 2016
Radikalisme?
Bismillah
"Dana Desa ini benar-benar cash for work dan dirasakan masyarakat dengan program yang sepenuhnya ada di desa. Tidak lagi hanya program pusat yang sekedar menetes ke desa. Kebijakan Dana Desa ini termasuk kebijakan radikal yang diterapkan pemerintahan Jokowi-JK," ujar Marwan.
"Dana Desa ini benar-benar cash for work dan dirasakan masyarakat dengan program yang sepenuhnya ada di desa. Tidak lagi hanya program pusat yang sekedar menetes ke desa. Kebijakan Dana Desa ini termasuk kebijakan radikal yang diterapkan pemerintahan Jokowi-JK," ujar Marwan.
Kamis, 03 Maret 2016
Penelitian Baru, Baru Judulnya
Bismillah
Bisa dibilang, hari ini hari yang cukup mendebarkan. Di satu sisi aku harus menyelesaikan desain eksisting 3D mushala jurusan, aku juga harus memastikan timku yang akan bergerak ke Kabupaten Tulungagung baik-baik saja. Ada pula menyusun garis besar presentasi ekonomi wilayah. Tak kalah seru, penelitian mengenai pengembangan wilayah. Di mana serunya?
Bisa dibilang, hari ini hari yang cukup mendebarkan. Di satu sisi aku harus menyelesaikan desain eksisting 3D mushala jurusan, aku juga harus memastikan timku yang akan bergerak ke Kabupaten Tulungagung baik-baik saja. Ada pula menyusun garis besar presentasi ekonomi wilayah. Tak kalah seru, penelitian mengenai pengembangan wilayah. Di mana serunya?
Kamis, 28 Januari 2016
Dari Nasi Padang Sampai Kemana-mana
Bismillah
Masakan Padang, siapa yang nggak tau? Masakan dari Sumatera Barat terkenal dengan sambel ijonya (lado ijo) juga rendang yang jadi urutan pertama makanan paling lezat sedunia jare CNN. Sebelum magrib, aku berniat membeli masakan padang untuk dimakan bersama di rumah.
Sepulang dari masjid, aku segera menyalakan motor untuk membeli masakan padang (jaraknya sekitar 1 km dari rumah). Kutaruh buku di bagasi, barangkali perlu menunggu lama sewaktu membungkusnya. Padahal nggak pernah lama..
Masakan Padang, siapa yang nggak tau? Masakan dari Sumatera Barat terkenal dengan sambel ijonya (lado ijo) juga rendang yang jadi urutan pertama makanan paling lezat sedunia jare CNN. Sebelum magrib, aku berniat membeli masakan padang untuk dimakan bersama di rumah.
Warung Padang yang kelebihan piring |
Selasa, 19 Januari 2016
Mau Move On?
Bismillah
Pertanyaan-pertanyaan itu muncul. Apa hukumnya ini? Apa hukumnya itu? Aku bukanlah ahli hukum yang bisa menjawab seluruh permasalahan yang ada mengingat aku masih belum punya pemahaman ushul fiqh. Namun, ada hal yang menarik ketika pertanyaan itu dilanjutkan dengan, "Gimana caranya biar nggak terulang?" Itu masuk ranahnya bongkarhabit.
Bongkarhabit, atau mengubah kebiasaan memang bukanlah hal yang mudah, tetapi bukan berarti nggak mungkin berubah. Pernah kujawab dengan ayat dorongan semangat dari surat Al Baqarah ayat 74 mengenai hati yang lebih keras dari batu, padahal dari batu itu bisa pecah karena air. "Harapan itu masih ada!" Namun, kurasa ayat ini nggak begitu mudah dimaknai sebagai ayat dorongan semangat.
Pertanyaan-pertanyaan itu muncul. Apa hukumnya ini? Apa hukumnya itu? Aku bukanlah ahli hukum yang bisa menjawab seluruh permasalahan yang ada mengingat aku masih belum punya pemahaman ushul fiqh. Namun, ada hal yang menarik ketika pertanyaan itu dilanjutkan dengan, "Gimana caranya biar nggak terulang?" Itu masuk ranahnya bongkarhabit.
Bongkarhabit, atau mengubah kebiasaan memang bukanlah hal yang mudah, tetapi bukan berarti nggak mungkin berubah. Pernah kujawab dengan ayat dorongan semangat dari surat Al Baqarah ayat 74 mengenai hati yang lebih keras dari batu, padahal dari batu itu bisa pecah karena air. "Harapan itu masih ada!" Namun, kurasa ayat ini nggak begitu mudah dimaknai sebagai ayat dorongan semangat.
Senin, 18 Januari 2016
Polisi Ditakuti?
Bismillah
Ada beberapa cerita yang membuat judul tulisan ini menjadi sesuai dengan isinya..
Beberapa pekan yang lalu, aku menyerahkan kepalaku untuk dipangkas di tukang pangkas rambut. Karena sebab perbedaan umur dan seringkali obrolanku agak berbeda, mas-mas yang biasa memangkas rambutku lebih memilih mengobrol dengan pelanggan lain yang lebih tua.
Saat itu obrolan dimulai dari pelanggan. Beliau bercerita mengenai pekerjaannya menjadi seorang tukang. Entah tukang apa, aku tak menanyakan. Pernah suatu ketika beliau berada di rumah orang yang cukup kaya didapati penghuninya sedang bertengkar dengan sesamanya. Beberapa hari kemudian, salah seorang penghuni ditahan kepolisian, dan beliau diundang untuk menjadi saksi atas perkelahian yang terjadi karena berada di tempat saat kejadian sedang berlangsung.
Ada beberapa cerita yang membuat judul tulisan ini menjadi sesuai dengan isinya..
Beberapa pekan yang lalu, aku menyerahkan kepalaku untuk dipangkas di tukang pangkas rambut. Karena sebab perbedaan umur dan seringkali obrolanku agak berbeda, mas-mas yang biasa memangkas rambutku lebih memilih mengobrol dengan pelanggan lain yang lebih tua.
Saat itu obrolan dimulai dari pelanggan. Beliau bercerita mengenai pekerjaannya menjadi seorang tukang. Entah tukang apa, aku tak menanyakan. Pernah suatu ketika beliau berada di rumah orang yang cukup kaya didapati penghuninya sedang bertengkar dengan sesamanya. Beberapa hari kemudian, salah seorang penghuni ditahan kepolisian, dan beliau diundang untuk menjadi saksi atas perkelahian yang terjadi karena berada di tempat saat kejadian sedang berlangsung.
Jumat, 15 Januari 2016
3 4 1437
Bismillah
Angka di atas bukanlah angka-angka keramat dari mistisme Jawa, tapi angka itu akan sangat dipahami jika memahami 4 digit terakhirnya, 1437. Ya, itulah penanggalan hijriyah, penanggalan Umat Islam yang seringkali diabaikan oleh penganutnya sendiri.
3 4 1437 berarti kemarin lusa sejak matahari terbenam sampai matahari terbenam hari kemarin. Alhamdulillah, entah kalimat apa lagi yang harus kuucapkan mengingat betapa banyak nikmat-Nya yang tak mungkin bisa kuhitung satu-persatu. Terlebih lagi di tanggal ini aku bertemu dengan Dr. Adian Husaini, mengingatkanku akan sejarah di Indonesia. Ya, sejarah.
Entah apa yang terjadi dalam diriku. Ketika aku membaca atau menyimak buku-buku sejarah, aku merasa tak tertarik. Padahal guruku seringkali mengatakan bahwa kita harus belajar dari sejarah untuk supaya kita bisa menghargai usaha-usaha para pejuang dulu *konteksnya sejarah nasional Indonesia* Aku merasa sejarah begitu hambar, hanya berisikan peristiwa, tanggal, lokasi, dan siapa saja yang terlibat di dalamnya. 4 poin itu sangat kental dari soal-soal yang harus kami kerjakan di LKS. Aku merasa, nasionalismeku tak bertambah setelah membaca buku sejarah!
Itu sewaktu SD.. Semoga Allah al hayyu al qayyum memberikan ampunan kepada guruku yang telah meninggal..
Sewaktu SMP, pelajaran sejarah naik level. Meski sejarah nasional masih ada, masih saja tak menaikkan rasa nasionalismeku. Naik level di sini adalah adanya perang dunia yang sangat digemari teman-temanku. Entah mungkin terdengar lebih menarik kisah-kisahnya daripada sejarah nasional. Ya, kisahnya!
Rentetan cerita yang dituturkan secara apik dari guruku itulah yang membuatku merasa tertarik dengan sejarah. Aku bisa merasakan perjuangannya meskipun sedikit, hingga ketika SMA datang, pertanyaan muncul:
Kita adalah negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia. Aneh sekali, apa peran Umat Islam dalam sejarah nasional? Ya, ada. Umat Islam dalam sejarah tergambar sebagai pemberontak DI/TII. Namun, lebih tepatnya peran Umat Islam tak ditonjolkan dalam sejarah. Kisah Syarikat Dagang Islam tak dijabarkan, kisah perumusan Piagam Jakarta yang mengusulkan "Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, kisah dibalik takbinya Bung Tomo di Surabaya, dll. Sangat berbeda ketika aku membaca sirah nabawi. Aku terlarut di dalamnya seolah-olah aku bertemu dengan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Ya, aku muak dengan sejarah. Sejarah yang ada di kurikulum pendidikan formal Indonesia yang ternyata banyak direkayasa. Politik etis yang digagas oleh Belanda tak ubahnya dengan mengalihkan masyarakat Indonesia (pra kemerdekaan) dari pesantren menuju sekolah yang jauh dari-nilai-nilai Islami. Tak diarahkan menjadi manusia yang bertauhid dan berakhlak yang baik, tetapi diarahkan menjadi tenaga kerja yang terampil. Ya, tak disinggung sama sekali peran pesantren di kurikulum pendidikan formal di Indonesia.
Ada banyak hal yang ingin kutuliskan mengenai sejarah yang direkayasa. Hanya saja, pemahamanku akan sejarah yang sesungguhnya masih dangkal. Aku masih perlu banyak belajar, baik isinya, maupun metode analisisnya.. Pertanyaan untukmu:
Majapahit dalam sejarah digambarkan sebagai kerajaan yang menyatukan Nusantara. Mengapa candi terbesarnya hanya Prambanan di Jogja? *selebihnya, hanya candi-candi kecil dari bata tanpa relief*
Angka di atas bukanlah angka-angka keramat dari mistisme Jawa, tapi angka itu akan sangat dipahami jika memahami 4 digit terakhirnya, 1437. Ya, itulah penanggalan hijriyah, penanggalan Umat Islam yang seringkali diabaikan oleh penganutnya sendiri.
3 4 1437 berarti kemarin lusa sejak matahari terbenam sampai matahari terbenam hari kemarin. Alhamdulillah, entah kalimat apa lagi yang harus kuucapkan mengingat betapa banyak nikmat-Nya yang tak mungkin bisa kuhitung satu-persatu. Terlebih lagi di tanggal ini aku bertemu dengan Dr. Adian Husaini, mengingatkanku akan sejarah di Indonesia. Ya, sejarah.
Entah apa yang terjadi dalam diriku. Ketika aku membaca atau menyimak buku-buku sejarah, aku merasa tak tertarik. Padahal guruku seringkali mengatakan bahwa kita harus belajar dari sejarah untuk supaya kita bisa menghargai usaha-usaha para pejuang dulu *konteksnya sejarah nasional Indonesia* Aku merasa sejarah begitu hambar, hanya berisikan peristiwa, tanggal, lokasi, dan siapa saja yang terlibat di dalamnya. 4 poin itu sangat kental dari soal-soal yang harus kami kerjakan di LKS. Aku merasa, nasionalismeku tak bertambah setelah membaca buku sejarah!
Itu sewaktu SD.. Semoga Allah al hayyu al qayyum memberikan ampunan kepada guruku yang telah meninggal..
Sewaktu SMP, pelajaran sejarah naik level. Meski sejarah nasional masih ada, masih saja tak menaikkan rasa nasionalismeku. Naik level di sini adalah adanya perang dunia yang sangat digemari teman-temanku. Entah mungkin terdengar lebih menarik kisah-kisahnya daripada sejarah nasional. Ya, kisahnya!
Rentetan cerita yang dituturkan secara apik dari guruku itulah yang membuatku merasa tertarik dengan sejarah. Aku bisa merasakan perjuangannya meskipun sedikit, hingga ketika SMA datang, pertanyaan muncul:
Kita adalah negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia. Aneh sekali, apa peran Umat Islam dalam sejarah nasional? Ya, ada. Umat Islam dalam sejarah tergambar sebagai pemberontak DI/TII. Namun, lebih tepatnya peran Umat Islam tak ditonjolkan dalam sejarah. Kisah Syarikat Dagang Islam tak dijabarkan, kisah perumusan Piagam Jakarta yang mengusulkan "Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, kisah dibalik takbinya Bung Tomo di Surabaya, dll. Sangat berbeda ketika aku membaca sirah nabawi. Aku terlarut di dalamnya seolah-olah aku bertemu dengan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Ya, aku muak dengan sejarah. Sejarah yang ada di kurikulum pendidikan formal Indonesia yang ternyata banyak direkayasa. Politik etis yang digagas oleh Belanda tak ubahnya dengan mengalihkan masyarakat Indonesia (pra kemerdekaan) dari pesantren menuju sekolah yang jauh dari-nilai-nilai Islami. Tak diarahkan menjadi manusia yang bertauhid dan berakhlak yang baik, tetapi diarahkan menjadi tenaga kerja yang terampil. Ya, tak disinggung sama sekali peran pesantren di kurikulum pendidikan formal di Indonesia.
Ada banyak hal yang ingin kutuliskan mengenai sejarah yang direkayasa. Hanya saja, pemahamanku akan sejarah yang sesungguhnya masih dangkal. Aku masih perlu banyak belajar, baik isinya, maupun metode analisisnya.. Pertanyaan untukmu:
Majapahit dalam sejarah digambarkan sebagai kerajaan yang menyatukan Nusantara. Mengapa candi terbesarnya hanya Prambanan di Jogja? *selebihnya, hanya candi-candi kecil dari bata tanpa relief*
Minggu, 15 November 2015
Minaret yang Terluka
Bismillah
Sore tadi, dunia seakan mencekam. Entah apa yang kupikirkan, kubuka jendela kamarku, kulangkahkan kaiku menaiki atap sebagaimana dulu ketika aku SD SMP. Masih segar dalam ingatanku. Aku meraih atap tertinggi, menatap cakrawala, menandang tepian daratan, mengembangkan cita-cita. Tapi kali ini aku tak berniat seperti itu. Aku hanya ingin mendapatkan angin segar untuk membacakan ayat-ayat Al Quran di tempat yang tenang, menenangkan diri yang resah.
Awalnya aku menghadap jalanan. Ah, hingar bingar manusia melintasi jalan tak sedap dilihat. Kualihkan hadapanku membelakangi jalan. Ya, itu lebih baik. Hampir saja aku duduk, terdengar keras di langit, "Astaghfirullah, rabbal baraya, astaghfirullah, minal khataya.."
Astaghfirullah! Di manakah bisa kudapatkan tempat yang tenang!
Sore tadi, dunia seakan mencekam. Entah apa yang kupikirkan, kubuka jendela kamarku, kulangkahkan kaiku menaiki atap sebagaimana dulu ketika aku SD SMP. Masih segar dalam ingatanku. Aku meraih atap tertinggi, menatap cakrawala, menandang tepian daratan, mengembangkan cita-cita. Tapi kali ini aku tak berniat seperti itu. Aku hanya ingin mendapatkan angin segar untuk membacakan ayat-ayat Al Quran di tempat yang tenang, menenangkan diri yang resah.
Awalnya aku menghadap jalanan. Ah, hingar bingar manusia melintasi jalan tak sedap dilihat. Kualihkan hadapanku membelakangi jalan. Ya, itu lebih baik. Hampir saja aku duduk, terdengar keras di langit, "Astaghfirullah, rabbal baraya, astaghfirullah, minal khataya.."
Astaghfirullah! Di manakah bisa kudapatkan tempat yang tenang!
...
Senin, 02 November 2015
Tema Baru Liburan
Bismillah
Di antara perihnya mata plus nyeri tulang, berita duka terdengar dari jauh di sana. Aku teringat dengan sebagian kisah Pangeran Dipo Negoro versi bukan buku sekolah. Kita tahu sendiri buku sejarah di sekolah itu nggak banget. Aku nggak merasakan rasa cintaku akan negeriku sendiri bertambah setelah baca buku itu. Sejarah santri dalam mempertahankan kemerdekaan pun tak dibahas sama sekali, padahal pesantren di Indonesia tak terkira jumlahnya. Adanya, Islam sebagai pemberontak seperti DI/TII..
Di antara perihnya mata plus nyeri tulang, berita duka terdengar dari jauh di sana. Aku teringat dengan sebagian kisah Pangeran Dipo Negoro versi bukan buku sekolah. Kita tahu sendiri buku sejarah di sekolah itu nggak banget. Aku nggak merasakan rasa cintaku akan negeriku sendiri bertambah setelah baca buku itu. Sejarah santri dalam mempertahankan kemerdekaan pun tak dibahas sama sekali, padahal pesantren di Indonesia tak terkira jumlahnya. Adanya, Islam sebagai pemberontak seperti DI/TII..
Senin, 26 Oktober 2015
Kau Dengar, Lihat, Rasa, 'kan Pengaruhi Hidupmu
Bismillah
وَكَيْفَ تَكْفُرُونَ وَأَنْتُمْ تُتْلَى عَلَيْكُمْ آَيَاتُ اللَّهِ وَفِيكُمْ رَسُولُهُ وَمَنْ يَعْتَصِمْ بِاللَّهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
وَكَيْفَ تَكْفُرُونَ وَأَنْتُمْ تُتْلَى عَلَيْكُمْ آَيَاتُ اللَّهِ وَفِيكُمْ رَسُولُهُ وَمَنْ يَعْتَصِمْ بِاللَّهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Bagaimana mungkin (tidak mungkin) kalian menjadi kafir, sedangkan ayat-ayat Allah dibacakan kepada kalian, dan Rasul-Nyapun berada ditengah-tengah kalian? Dan barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah maka sesungguhnya dia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Ali ‘Imran: 101).
Ayat di atas menceritakan betapa luar biasanya pribadi Rasulullah. Kehadiran beliau bak mutiara yang mampu mengubah lumpur menjadi mutiara dan nggak bisa balik kucing.
Kamis, 15 Oktober 2015
Promo Spesial : Insists
Bismillah
Tak perlu bercakap banyak, peradaban dari timur jauh yang sempat dimotivasikan Ust. Salim A. Fillah mulai terlihat. Kau bisa menemukannya di sana..
Tak perlu bercakap banyak, peradaban dari timur jauh yang sempat dimotivasikan Ust. Salim A. Fillah mulai terlihat. Kau bisa menemukannya di sana..
Jumat, 31 Juli 2015
Anda Memasuki Kawasan Tertib Lalu Lintas
Bismillah
Tulisan semacam di atas akan kita temui di kota-kota besar seperti Surabaya. Entah, di kota-kota kecil ada atau enggak, monggo tulis aja di komen. Sebagian orang menganggap kawasan ini sebagai kawasan terlarang atau kawasan berbahaya karena
Pernah suatu kali kutanyakan kepada kepala Dinas Perhubungan Kota Surabaya tahun 2011 *lupa namanya siapa*, "Mengapa ada tulisan 'Anda Memasuki Kawasan Tertib Lalu Lintas'? Apakah berarti kawasan yang tidak ada tulisan tersebut boleh tidak tertib lalu lintas?" Jawaban yang kudengar bukanlah jawaban yang berbelit, tapi simpel. "Itu kawasan yang dilombakan."
Tulisan semacam di atas akan kita temui di kota-kota besar seperti Surabaya. Entah, di kota-kota kecil ada atau enggak, monggo tulis aja di komen. Sebagian orang menganggap kawasan ini sebagai kawasan terlarang atau kawasan berbahaya karena
Pernah suatu kali kutanyakan kepada kepala Dinas Perhubungan Kota Surabaya tahun 2011 *lupa namanya siapa*, "Mengapa ada tulisan 'Anda Memasuki Kawasan Tertib Lalu Lintas'? Apakah berarti kawasan yang tidak ada tulisan tersebut boleh tidak tertib lalu lintas?" Jawaban yang kudengar bukanlah jawaban yang berbelit, tapi simpel. "Itu kawasan yang dilombakan."
Rabu, 22 Juli 2015
Old Blog: activate!
Bismillah..
Hehe, setelah sekian lama tidak menulis blog, alhamdulillah bisa menulis lagi. Terlebih lagi dengan blog ini, yang awalnya berisikan seputar konspirasi, pemikiran bawah tanah, dan kawan-kawannya. Kurasa tulisan-tulisan seperti itu perlu lebih banyak meluangkan waktu karena harus memilah informasi mana yang terpercaya dan bagaimana cara menyampaikannya karena tulisan seperti itu cenderung lebih mudah di forward sembarangan. Terlebih lagi bakal disalahgunakan. Jadinya, kuputuskan untuk mengubah tema-tema berat itu ke tema-tema yang lebih ringan.
Mungkin, blog ini sangat ringan karena berisikan hal-hal menyangkut apa yang aku dengar, aku rasa, aku ketahui, yang mudah dicerna pembaca. Daripada tidak membuat pedang, lebih baik berlatih membuat pisau bukan? Banyak hikmah yang melintas dari setiap peristiwa. Akan disayangkan apabila ditinggalkan begitu saja.
Nama Zantetsuken perlu kuubah namanya karena cukup asing bagi telinga orang Indonesia. "Jariku Bercakap" mungkin lebih mudah dikenali. Semoga blog ini menjadi blog yang dapat diambil hikmah dari tiap percakapannya.
Hutan ramai yang kehilangan pohonnya, separuh awal malam yang sunyi.
Hehe, setelah sekian lama tidak menulis blog, alhamdulillah bisa menulis lagi. Terlebih lagi dengan blog ini, yang awalnya berisikan seputar konspirasi, pemikiran bawah tanah, dan kawan-kawannya. Kurasa tulisan-tulisan seperti itu perlu lebih banyak meluangkan waktu karena harus memilah informasi mana yang terpercaya dan bagaimana cara menyampaikannya karena tulisan seperti itu cenderung lebih mudah di forward sembarangan. Terlebih lagi bakal disalahgunakan. Jadinya, kuputuskan untuk mengubah tema-tema berat itu ke tema-tema yang lebih ringan.
Mungkin, blog ini sangat ringan karena berisikan hal-hal menyangkut apa yang aku dengar, aku rasa, aku ketahui, yang mudah dicerna pembaca. Daripada tidak membuat pedang, lebih baik berlatih membuat pisau bukan? Banyak hikmah yang melintas dari setiap peristiwa. Akan disayangkan apabila ditinggalkan begitu saja.
Nama Zantetsuken perlu kuubah namanya karena cukup asing bagi telinga orang Indonesia. "Jariku Bercakap" mungkin lebih mudah dikenali. Semoga blog ini menjadi blog yang dapat diambil hikmah dari tiap percakapannya.
Hutan ramai yang kehilangan pohonnya, separuh awal malam yang sunyi.
Gambarnya gak nyambung |
Langganan:
Postingan (Atom)
-
Bismillah 星 読 (hoshu yomi) berarti melihat bintang Saat itu kami lagi duduk-duduk di pendopo utara membuat bait-bait puisi. Aku lupa pui...
-
Bismillah Sejak pengajaran keluarga besar kelas 1 SD aku tak paham. Apa itu paman, apa itu bibi. Padahal aku sudah bertanya beberapa kali,...
-
Bismillah Pertanyaan-pertanyaan itu muncul. Apa hukumnya ini? Apa hukumnya itu? Aku bukanlah ahli hukum yang bisa menjawab seluruh permasa...