27 Juli 2025
Bicara dengan AI, Bicara dengan Orang Mati
20 Agustus 2020
Menikmati Ketidaknormalan Air
Bismillah
Tafakkur ayat laut (QS An Nahl: 14)
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَهُوَ الَّذِيْ سَخَّرَ الْبَحْرَ لِتَأْكُلُوْا مِنْهُ لَحْمًا طَرِيًّا وَّتَسْتَخْرِجُوْا مِنْهُ حِلْيَةً تَلْبَسُوْنَهَاۚ وَتَرَى الْفُلْكَ مَوَاخِرَ فِيْهِ وَلِتَبْتَغُوْا مِنْ فَضْلِهٖ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
"Dan Dialah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daging yang segar (ikan) darinya, dan (dari lautan itu) kamu mengeluarkan perhiasan yang kamu pakai. Kamu (juga) melihat perahu berlayar padanya, dan agar kamu mencari sebagian karunia-Nya, dan agar kamu bersyukur."
QS. An-Nahl[16]:14
Allah menundukkan lautan kepada kita agar kita bisa makan ikan, menemukan perhiasan, perahu bisa berlayar, dan mencari karunia Allah yang lain supaya kita bersyukur.
Apa hikmah dari lautan yang ditundukkan Allah? Apa maksud Allah menundukkan lautan?
Kita sama² tahu, lautan terbentuk dari air yang bercampur dengan mineral² bumi sehingga terasa asin. Air ini memiliki sifat yang unik, sifat yang tidak dijumpai zat lain, bahkan 'menentang' sifat umum yang ada pada makhlukNya. Sifat unik apa itu?
Coba kita mengingat kembali pelajaran di bangku sekolah, saat SMP atau bahkan SD. Masih ingat dengan pemuaian dan penyusutan, kan?
Benda akan memuai apabila dipanaskan. Sebaliknya, benda akan menyusut apabila didinginkan. Contohnya itulah alasannya mengapa harus ada ruang kosong pada sambungan antar rel kereta, sambungan antar jembatan, dan sambungan antara kaca dengan kusennya (frame).
Apabila tidak ada ruang kosong pada sambungan antar rel kereta, ketika kereta melintas dengan cepat, rel kereta tidak mempunyai ruang untuk memuai. Jadilah rel kereta itu bengkok sehingga kedepannya akan membahayakan perjalanan kereta.
Apabila tidak ada ruang kosong pada sambungan antar jembatan, ketika jembatan terpapat teriknya matahari dan panasnya mesin kendaraan yang melintas diatasnya, jembatan tidak mempunyai ruang untuk memuai. Jadilah jembatan itu rawan rusak dan membahayakan kendaraan yang melintas di atasnya.
Apabila tidak ada ruang kosong pada sambungan antara kaca dengan kusen, ketika suhu udara begitu panas, kaca tidak punya ruang yang cukup untuk memuai. Jadilah kaca itu rawan pecah.
Itulah sifat umum benda yang akan memuai apabila dipanaskan dan menyusut apabila didinginkan.
Menariknya, ternyata air memiliki sifat yang tidak normal. Memang, air akan memuai ketika dipanaskan seperti yang biasa kita lihat pada air mendidih. Air juga akan menyusut apabila didinginkan hingga titik tertentu. Tunggu, mengapa hingga titik tertentu? Apakah pada titik tertentu air tidak menyusut apabila didinginkan terus menerus? Ya! Awalnya air akan menyusut ketia didinginkan. Namun ketika air memasuki fase beku menjadi es, air justru memuai, volumenya makin bertambah. Lho, kok bisa?
Contoh nyata yang bisa kita lihat untuk membuktikan ini adalah memasukkan air gelas kemasan ke dalam freezer. Ketika air gelas kemasan itu membeku, apa yang bisa kita amati? Ya, benar! Air gelas kemasan itu menggembung. Mengapa itu bisa terjadi?
Wallahu a'lam, itulah yang disebut anomali air atau ketidaknormalan air. Dia berbeda dengan sifat benda pada umumnya bahkan menentangnya.
Inilah, Allahu a'lam, Allah menyebutkan kata 'menundukkan lautan', Allah membuat sifat air berbeda dengan keumuman sifat zat lainnya. Pertanyaannya, apa hikmah Allah menjadikan air memiliki sifat yang berbeda? Mari kita mengingat kembali pelajaran lain ang pernah kita terima di bangku sekolah saat SMP atau bahkan SD, yaitu kepadatan atau densitas atau massa jenis.
Massa jenis merupakan hasil bagi antara massa dengan volume. Semakin padat suatu benda, semakin besar massa jenisnya. Contohnya adalah massa jenis besi jauh lebih besar daripada massa jenis kayu. Bisa kita bayangkan segenggam besi terasa jauh lebih berat dibandingkan dengan segenggam kayu. Volume bendanya sama, sama² 1 genggaman tetapi massanya berbeda karena besi jauh lebih padat dibandingkan kayu.
Coba kita hubungkan dengan konsep penyusutan dan pemuaian benda sebelumnya. Apabila benda didinginkan, maka secara umum benda akan menyusut yang berarti volumenya berkurang yang berarti kepadatannya bertambah. Sebaliknya apabila benda dipanaskan, maka secara umum benda akan memuai yang berarti volumenya bertambad yang berarti kepadatannya berkurang.
Contoh dari penerapan konsep ini adalah balon udara. Balon udara apabila dipanaskan, udara dalam balon akan memuai sehingga balon udara mampu melayang karena kepadatannya lebih ringan dari udara sekitarnya. Ini mirip dengan kayu yang dicelupkan dalam air. Kayu itu akan mengapung di air karena kepadatannya lebih ringan daripada air. Sebaliknya, apabila balon udara didingakan, maka udara dalam balon akan menyusut sehingga balon udara kembali turun karena kepadatannya lebih berat dari udara sekitarnya. Ini mirip dengan besi yang dicelupkan di air. Besi itu akan tenggelam.
Inilah keistimewaan sifat air. Air ketika didinginkan hingga menjadi es, dia justru memuai sehingga mengapung di air karena kepadatannya lebih ringan daripada air. Apa istimewanya dengan es yang mengapung di air?
Coba bayangkan apabila Allah tidak menundukkan lautan, tidak menundukkan air ini, sifat air menjadi normal seperti yang lain. Ketika lautan didinginkan dan terus menyusut, air laut yang berubah menjadi es akan semakin padat dan terus semakin padat sehingga es akan tenggelam di lautan. Ketika es tenggelam di lautan, lingkungan air laut di sekitar es akan semakin dingin dan semakin dingin sehingga membekukan air laut di sekitarnya bahkan hingga bisa membekukan seluruh lautan! Ketika seluruh lautan sudah menjadi membeku seperti itu, bagaimana ikan bisa hidup? Bagaimana bisa mengeluarkan perhiasan di lautan kecuali dengan susah payah? Bagaimana bisa perahu berlayar? Bagaimana bisa terjadi awan karena uap air muncul dari bentuk cair, bukan bentuk es. Jika tidak ada awan, maka tidak ada hujan. Dunia seluruhnya akan membeku!
MasyaAllah, begitu rincinya Allah menciptakan makhluknya. Betapa Maha Penyayangnya Allah menundukkan lautan, memberikan sifat anomali pada air sehingga kita bisa menikmati ikan yang segar, mencari perhiasan di dalamnya, berlayar dimatasnya, dan menikmati karunia Allah lainnya yang begitu besar, agar kita bersyukur.
Sudahkah kita mensyukuri nikmat anomali air hari ini?
04 Agustus 2020
Reminder: Buat Apa Sekolah?
24 Mei 2020
Ramadan Kali Ini dengan Kali Lalu
Ada beberapa perbedaan Ramadan yang aku jalani saat ini dengan Ramadan sebelumnya.
Tahun: jelas beda lah ya
Lokasi: tahun kemarin itu di rumah, di masjid, di kantor, di kereta, di bis, di rumah teman, di kutab, di markas startupnya Pak Iqbal. Tahun ini full di kosan, kadang keluar beli makanan dan bahan makanan sih. Eh, di kosan? Sejak kapan ngekos? Eh, nggak ding. Sempat beberapa hari opname di RS gara² trombosit di bawah 100 ribu.
Tarawih: tahun kemarin kadang habis isya, kadang habis meeting di kantor. 10 malam terakhir full di masjid sih, ikut qiyamul lail. Sekarang full di kosan. Kadang habis isya, kadang habis tidur malam. 10 malam terakhir dipecah sih, separuh habis isya, sisanya habis bangun tidur.
Buka bareng: tahun kemarin bareng keluarga, bareng temen kuliah, bareng temen kantor, bareng jamaah masjid yang lain. Alhamdulillah, tahun ini bareng istri. Eh, sejak kapan nikah? Sejak sebelum negara api menyerang, hehe.
04 Juni 2019
Menanam Tanaman Buat Apa?
Saat bertemu kawan lama beberapa hari yang lalu, ada satu pertanyaan yang membuatku terusik.
"Menanam (tanaman) itu buat apa?"
===
Saat ini -bisa dikatakan- manusia memasuki zaman yang belum pernah dicapai makhluk lain: zaman teknologi digital. Alat yang memudahkan kehidupan manusia bernama teknologi ini semakin lama semakin kecil dan praktis. Sebut saja penyampaian berita yang dahulu memerlukan waktu beberapa bulan untuk mengabarkan kehebohan"negara itu terkena wabah". Itupun hanya didengar oleh segelintir orang. Kini, berita heboh bisa segera diketahui banyak orang yang kita tak perlu heran dengannya. Inilah masalahnya.
Aku lupa darimana mendapatkan kalimat ini: "Dahulu informasi disimpan begitu ketat supaya penguasa tetap berkuasa. Kini informasi dialirkan begitu deras bahkan dicampur dengan informasi palsu ataupun multitafsir agar terjadi perdebatan di masyarakat sehingga masyarakat tidak sempat membahas hal yang lebih prinsip."
Begitulah teknologi. Teknologi memang menjadi alat yang memudahkan kehidupan manusia. Hanya saja teknologi belum tentu membuat manusia lebih bijak, menyadari ada sesuatu yang tidak beres di luar sana. Sebut saja soal FreeP*rt. Perusahan eksploitatif ini mengeruk jutaan (bahkan miliaran) ton tanah berisikan emas keluar ke negara lain. Apa yang didapat di negeri sendiri? Bagi hasil memang ada, tetapi jumlahnya terlampau kecil. Selain itu menyisakan perselisihan antar masyarakat dan kerusakan lingkungan. Eh, darimana tahu tambang itu membuat perselisihan antar masyarakat dan kerusakan lingkungan?
-dari internet-
Dulu berawal dari nonton film "Blood Diamond" pas SD. Tapi berhubung jam tayang Bioskop Tr*ns TV cukup malam, aku nggak bisa nonton penuh -disuruh tidur. Sewaktu SMA, alhamdulillah sekolahku punya akses internet wifi. Waktu itu aku belum punya laptop sih, tapi cukup dekat dengan orang labkom. Tinggal masuk ke labkom deh.
Buat yang belum tahu apa isi film itu, silahkan tonton sendiri (lol). Film itu menceritakan seorang jurnalis yang mencari tau lebih dalam apa yang terjadi di balik konflik berkepanjangan di salah satu negara di Afrika. Setelah menonton film itu, aku menelusuri kebenaran kisah yang ada di film itu. Hasilnya, kisah itu bisa jadi kisah fiksi, tapi informasi yang dibawa dalam cerita sangat menggambarkan kondisi perang saudara di negara-negara Afrika karena adanya kekuatan asing yang ingin mengambil sumberdaya alam berupa batu permata. Negara dibuat korupsi, masyarakat dipersenjatai untuk memberontak, negara dipersenjatai untuk melawan pemberontak. Kedua kelompok harus menyerahkan batu permata untuk ditukar dengan senjata.
Mengerikan bukan? Rasa penasaranku akan kisah tersebut tidak berhenti sampai di Afrika. Tiba-tiba terbesit, "Bagaimana dengan Indonesia?" Silahkan cari "Alkinemokiye".
===
"Menanam (tanaman) itu buat apa?"
Sayang sekali saat itu aku menjawab dengan argumen yang sangat lemah. "Aku memang suka tanaman."
Spontan ia tertawa dan membalas, "Adalah hal aneh saat ini, anak muda suka tanaman."
Balasan itu membuatku termenung sambil tersenyum miris. Beruntung ada yang mengalihkan pembicaraan sehingga saat itu seolah tak terjadi apa-apa. Namun saat itu ada kicauan kilat dalam hati. Dari percakapan singkat dan profesinya, aku tak mungkin menuduhnya macam-macam karena ia seorang yang cukup paham mendalam perkara agama. Jalan pikiran seperti apa sehingga pertanyaan dan pernyataan itu muncul?
Aku menyimpulkan bahwa ia orang yang terlampau baik. Ia membatasi dirinya untuk hanya membuka saluran informasi-informasi yang baik. Aku hanya bisa memakluminya, mungkin ia tak se-kepo diriku sehingga kami punya pandangan yang berbeda dalam memandang tanaman. Lalu, sebenarnya menanam (tanaman) itu buat apa?
===
Indonesia negara agraris. Sering dengar istilah itu kan? Waktu SD kita diberitahu guru-guru kita dengan slogan-slogan yang indah. Gemah ripah loh jinawi, toto tentrem kerto raharjo, subur tanpo tinandur, murah tanpo tinuku, Indonesia zamrud khatulistiwa, dan masih banyak lagi. Pernah dengar kalimat-kalimat itu kan?
Memang benar, kita adalah negri yang dianugerahi puluhan (atau ribuan?) gunung api, negri yang mendapatkan sinar matahari sepanjang tahun, atau hujan mengairi seluruh negri, yang seharusnya itu menjadikan negri kita subur. Kenyataannya? Kita impor berbagai bahan pangan! Beras, jagung, kedelai, gandum, gula, bahkan garam. Gimana ya..
Negri kita menduduki peringkat 4 dunia dalam hal jumlah penduduk. Jumlah itu akan terus bertambah. Tapi jumlah petani kita terus menurun. Wajar saja negri kita impor pangan. Eh, wajar? Kita nggak bersyukur banget ya. Dianugerahi iklim tropis, gunung api, curah hujan tinggi, eh nggak dimanfaatkan. Gimana dong..
Jadi, menanam (tanaman) itu buat apa? Bisa diterkalah jawabannya gimana.
28 Agustus 2018
Last Day Camp
Bismillah
Alhamdulillah, kemarin sudah hari ke 50 (atau ke 41) kemp semi konsentrasi. Terima kasih kepada 300an kawan yang tak berhasil kukenal satu per satu. Terima kasih spesial buat kawan segala usia atas lika-liku kehidupan laiknya pecel tradisional, ada segar, ada pahit, ada pedas. Ada tawa, ketegangan, dan kebijaksanaan.
Tak lupa segenap warga yang turut menyambut kami untuk menetap puluhan hari. Ramahnya terasa meresap hingga setiap gigitan makanan dan tegukan minuman yang terhidang secara acak sebelum matahari terbit atau sesudah matahari tenggelam.
Tak ada perpisahan, yang ada hanya pertemuan yang tertunda. Biarlah jarak memisahkan kita, karena jarak diperlukan untuk menciptakan kerinduan. Semoga kita tak melupakan pengalaman bersama kita untuk pengamalan sehari-hari menuju bumi Indonesia yang lebih bermartabat.
26 Agustus 2018
Eksis
Beberapa hari yang lalu aku membaca kisah seorang tawanan Nazi yang menceritakan kondisi orang-orang dalam kamp konsentrasi sebelum hingga sesudah penahanan.
12 Juli 2018
Benturan Budaya: Islam dan Jawa
Beberapa malam yang lalu aku menyempatkan diri menonton atraksi wayang kulit semalam suntuk. Enggak sepenuhnya sih, di tengah-tengah aku sempat memilih tidur karena ada inappropriate content. Wayang kulit identik dengan kebudayaan Jawa tingkat tinggi karena memang bahasa yang digunakan adalah Jawa Krama. Tidak semua orang bisa bahasa itu.
14 Juni 2018
Masyarakat Buta Memimpin Dunia (4)
Apabila bahan-bahan ilmiah dalam tulisan braille ini tidak mencukupi, mereka seperti orang-orang buta yang separuh buta yang mereka kagumi itu. Mereka diminta orang-orang lain membacakan untuk mereka...
Beberapa individu dari kumpulan bermata dua yang begitu rendah rasa jati dirinya dan gila akan pengakuan golongan buta dan sanggup membuktikan pengorbanan paling tinggi. Dengan bantuan sistem perobatan tercanggi dan dari pendanaan bantuan golongan buta dan separuh buta, mereka mencungkil sendiri kedua biji mata mereka. Sebagian yang lain dan kurang berani, hanya sanggup mencungkil sebiji matanya saja. Mereka ada yang bertongkat dan ada pula yang menggunakan perbutan anjing. Justru karena mereka masih berada dalam alam gelap dan separuh gelap, mereka kerap terjatuh dan tersasar, tidak seterampil guru-guru mereka yang memang telah sehati dengan kegelapan dan separuh gelap.
Seluruh golongan masyakakat buta dan separuh buta memuji keberanian mereka ini. "Inilah pahlawan-pahlawan sesungguhnya yang harus dicontoh, diberikan ruang, dan segala bantuan! Kita akan masuk ke lubang biawak mencari kebijaksanaan baru, ayo... cepat jangan ketinggalan!" Orang-orang ini telah lama dikisahkan oleh salah seorang mahaguru bermata dua yang tajam penglihatannya, sedang si buta, dengan lilin sebatang mencari mentari di siang hari...
(selesai)
Tulisan ini diambil dari Prof. Dr. Wan Mohd. Nor Wan Daud. M.A
S1 Ilmu Pengetahuan Alam
S2 Kurikulum dan Pengajaran (Universitas Illiniois Utara, AS)
Ph.D Pemikiran Islam (Universitas Chicago)
Mantan Wakil Direktur Institut Antarabangsa Pemikiran dan Tamadun Islam (ISTAC), Universitas Islam Antarabangsa Kuala Lumpur, Malaysia
09 Juni 2018
Masyarakat Buta Memimpin Dunia (3)
Dampak golongan berpengaruh dalam suatu masyarakat atas pandangan alam dan amal perbuatan manusia di dalam masyarakat itu amat kuat walaupun sikap itu jelas bertentangan dengan pandangan akal sehat dan betapa pun besar penderitaan lahir dan batin yang terhasil dari sikap dan perbuatan yang berpengaruh itu.
Ada sebagian masyarakat insani yang membudayakan bahwa wanita cantik dan menarik itu ialah mereka yang diikat dan dikerdilkan kedua belah kakinya (feet binding). Wanita yang berkaki biasa dianggap bodoh dan tidak berperadapan. Ada sebagian masyarakat lain yang menganggap bahwa wanita yang cantik dan menawan adalah yang kurus, semakin kurus semakin menawan. Akibatnya pelbagai penyakit timbul, seperti anorexia nervosa dan obsesi menjaga berat badan yang bertentangan dengan kesehatan. Wanita yang tidak kurus dianggap tidak menawan. Ada juga yang menganggap lelaki yang berani dan gagah adalah mereka yang memiliki bekas goresan di pipi dan bagian-bagian tubuhnya atau yang menajamkan gigi.
Beberapa cendekiawan buta secara terpisah, mengkaji seekor gajah lalu menerbitkan penyelidikan ke seluruh institusi pendidikan tinggi dunia termasuk di dunia bermasyarakat bermata dua dan yang buta satu. Kajiannya ilmiah yang disertai catatan kaki yang panjang dalam pelbagai bahasa. Satu kajian yang dilangsungkan selama beberapa tahun dengan menyentuh, memeluk, menghirup, dan menjilat ekor si gajah itu merumuskan bahwa sesekor gajah sebenarnya bukan yang dikatakan oleh cendekiawan bermata dua selama ini. Gajah sebenarnya seperti seuntai tali yang berambut panjang di hidungnya, bergerak dengan sendirinya, baunya busuk karena berdekatan dengan buntut.
Kelompok yang lain pula setelah mengkaji kaki gajah merumuskan bahwa gajah itu sesungguhnya seperti tiang rumah atau batang pohon yang agak besar. Kelompok lain menafikannya dengan merumuskan bahwa gajah seperti sebuah dinding berbulu. Ada pula yang mengkaji belalai gajah dan menetapkan secara empiris dan saintifis bahwa gajah sesungguhnya seperti selang air yang bergerak-gerak.
Setiap kali penemuan-penemuan baru ini diterbitkan, perusahaan-perusahaan penerbitan dalam masyarakat bermata dua cepat-cepat menerjemahkannya, dosen-dosen di universitas sibuk menyebarkan ajaran baru yang berani dan radikal ini. Para pengkaji buta itu diundang untuk memberi kuliah di hadapan ratusan mahasiswa bermata dua yang selalu melihat gajah di sekitar lingkungan mereka.
Segala sikap dan perbuatan masyarakat yang buta dan bermata satu diusahakan untuk ditiru oleh seluruh masyarakat lain, termasuk yang bermata dua dengan dua cara. Pertama, dengan cara mengadopsi secara mudah karena ternyata popular, kedua yang sedikit rumit adalah dengan mencari justifikasi dari sumber-sumber agama, budaya, serta tradisi masyarakat. Hujjah yang sering digunakan pun ialah hujjah apologetis. Kita harus menerima perkara ini karena terdapat dalam ajaran agama, budaya, dan tradisi kita dalam bentuk yang agak primitif.
Golongan yang bermata dua, tanpa cacat penglihatan, kini menggunakan tongkat untuk berjalan dan banyak juga yang menggunakan anjing terlatih. Banyak orang bermata terang tidak lagi mau membaca dengan penglihatan, malah disebut sebagai cara kolot dan cara mereka yang belum matang dan dewasa, yang tidak mau maju dengan mempelajari kaidah baru. Lalu mereka, dengan bangga menepikan semua sumber bacaan tradisional tertulis dan mempelajari braille. Mereka dengan mudah menggunakan contoh Nabi Muhammad saw. dengan mengatakan bahwa Nabi Agung pun tidak membaca tulisan! Bibit-bibit tidak membaca tulisan berhuruf memang terdapat dalam ajaran agama kita dari dahulu...!
(bersambung, in shaa Allah)
*tulisan ini merupakan lanjutan dari postingan google plus
19 Mei 2018
Keluarga Besar
Sejak pengajaran keluarga besar kelas 1 SD aku tak paham. Apa itu paman, apa itu bibi. Padahal aku sudah bertanya beberapa kali, dijelaskan beberapa kali dengan diagram, aku tetap tak paham.
Pada saat seleksi olimpiade sains komputer tingkat kota, ada sebagian soal logika yang membahas tatanan keluarga. Aku saat itu hanya paham siapa itu ayah, ibu, anak, kakak, adik, kakek, nenek, paman, bibi, suami, istri. Ketika muncul kata sepupu dan keponakan, buyar tatanan logikaku dalam hal keluarga. Hasilnya, seluruh soal yang membahas tatanan keluarga, aku salah semua, dan tak lolos seleksi.
Mengenai paman dan bibi, aku merasa terganggu dengan dua istilah ini. Paman memiliki sinonim kata om, bibi memiliki sinonim kata tante. Seringkali kita bertemu dengan orang tua teman kita, lalu kita memanggil orang tuanya dengan sebutan tante dan om. Itu melanggar logikaku. Padahal jelas-jelas dari keluarga yang berbeda, tidak punya kakek atau nenek yang sama, tetapi seringkali dipanggil tante dan om. Ada apa ini?
Beberapa bulan yang lalu, aku membaca komik Chinmi, ditulis oleh Takeshi Maekawa (Jepang), bercerita mengenai bela diri China, dengan bahasa pengantarnya Bahasa Inggris karena daring. Suatu ketika Chinmi berhasil memasuki daerah tertutup yang Kaisar dari pusat kerajaan penasaran dengan kondisinya. Chinmi menginap di rumah seorang penjahit yang baik sehingga tak hanya memberi Chinmi penginapan, tetapi juga makanan. Chinmi pun berterima kasih kepadanya dengan kata-kata "Thanks Aunty".
Sejenak pembacaanku terhenti. Jangan-jangan ini memang bagian dari budaya ketimuran. Aku pun tersadar bahwa penyebutan Bu ataupun Pak kepada orang tua teman kita itu terlalu formal. Sebutan itu lebih cocok untuk rekan kerja yang lebih senior daripada orang tua teman sendiri.
Namun, penasaranku masih belum hilang. Darimanakah menyebut orang tua teman sendiri dengan sebutan om dan tante? Apakah istilah itu dipopulerkan oleh MTV yang Jakarta-sentris? Mengapa kita tidak menggunakan kata paman dan bibi saja?
05 Mei 2018
Nasihat The Legend Pak Edi
Jumat yang lalu aku melakukan shalat Jumat di Masjid An Nur yang sekarang sudah berbeda dibanding 5 tahun yang lalu. Masjid penuh kenangan itu sekarang lebih bersih, indah, dingin, dan tempat wudhunya ada di lantai 2. Tapi bukan itu yang menarik. Menariknya adalah Jumatan kali ini dihadiri The Legend Pak Edi. Guru Agama Islam paling senior yang kami ketahui itu maju menjadi khatib Jumat. Ada salah satu nasihat menarik dari ceramah beliau. Aku ubah sedikit gaya bahasanya, intinya sama.
30 April 2018
Obrolan Bersama Orang Rantau
Alhamdulillah, entah kenapa kemarin aku mau manas bolak-balik dari rumah - IBF - kampus - IBF - kampus. IBF adalah singkatan dari Islamic Book Fair, kegiatan (biasanya) tahunan Kota Surabaya untuk memperingati hari jadinya. Jelasnya, aku menjemput teman kampusku yang kutahu sudah hampir setahun belum balik ke kampungnya di Tanah Minang setelah kelulusan.
22 Februari 2018
Kita Butuh Kopi
Aku masih ingat beberapa tahun yang lalu ketika kami ditanya, apa makna dibalik kata perang? Rata-rata kami menjawab bertemunya dua golongan atau lebih dalam konflik senjata. Namun beliau tidak mengiyakan atau menihilkan jawaban kami. Beliau membalas, perang adalah jalan terakhir menyelesaikan permasalahan. Siapa yang menang, dialah yang benar. Siapa yang kalah, dialah yang salah. Tentu, kalimat ini muncul dari cara berpikir sekuler yang tidak melibatkan dunia metafisik (agama). Lalu, apa makna dibalik kata perang yang tidak sekuler? Aku tak begitu yakin, mengingat qital (perang) adalah satu dari trilogi jihad, sedangkan jihad adalah puncak dari bangunan Islam. Sementara aku, masih harus banyak mempelajari pondasi dan bangunan di bawah puncaknya.
19 Februari 2018
Cryptocurrency: Pelajaran dari Berkumpulnya Ulama
Dalam dunia digital, ada istilah cyber-punk, cyber-anarchism, atau istilah yang mirip dengan kedua itu. Memang keduanya memiliki definisi yang berbeda, tetapi pada intinya istilah itu merujuk pada komunitas yang menginginkan adanya kebebasan penuh dalam mengarungi samudera digital. Mereka tidak ingin adanya pembatasan dalam bertukar data atau dalam kata lain tidak ingin adanya otoritas.
Beberapa konsep penting dalam komunitas itu adalah peer-to-peer atau disingkat menjadi p2p dan anonimitas. Konsep p2p mengharapkan setiap pengguna komputer mampu berinteraksi langsung dengan pengguna komputer lain tanpa melalui adanya pemeriksaan dari otoritas tertentu. Tentunya, anonimitas akan menambah kebebasan dalam bertukar data tersebut.
16 Februari 2018
Algoritma AFK SMA
Perkembangan teknologi menjauhkan manusia dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Polusi cahaya mengubah bintang-bintang di langit menjadi langit merah yang begitu mengerikan ketika mendung. Padahal bintang adalah tanda-tanda kekuasaan Allah yang begitu menarik untuk dipandang.
Pertama kali memasuki dunia programming, kami menyimak penjelasan mengenai flowchart, proses berpikir (algoritma) dalam bentuk visual. Aku masih ingat, contoh yang digunakan saat itu adalah "membuat nasi goreng". Mulai dari memanaskan wajan, menambahkan minyak goreng, menambahkan nasi, menambahkan saus, menambahkan garam, diaduk, apabila sudah berwarna merah dan terasa asin (tak hambar), selesai. Pelajaran itu sangat menginspirasiku, memudahkan algoritma, meski dalam penggunaan programmer sehari-hari tak selalu berbentuk bulkonah, alias bulat kotak panah.
Kondisi labkom di lantai dua dengan balkon sangat tepat untuk ber-melow ria memandang lapangan luas beratapkan langit dan berpagar koridor-koridor, menyimak keheningan malam akhir pekan di sekolah. Biasanya aku menginap di labkom memang, untuk menyelesaikan permasalahan programming untuk diriku yang masih supernoob. Akibatnya, di pertengahan paruh pertama tahun pertama SMA, penggunaan algortima melenceng keluar, dari AATK (always at keyboard) menjadi AFK (away from keyboard). Algoritma tak hanya kugunakan dalam pemrograman, tetapi kugunakan dalam memahami kehidupan.
08 Februari 2018
Masalah Takdier
Terima kasih buat salah satu temanku yang mau-maunya membuka blog ini lalu mengomentari sebagian isinya. Sebelumnya aku menuliskan kedudukan manusia di bumi. Sebagian isinya memang mengarah ke masalah takdir, tapi tujuan penulisan itu bukanlah mengarah ke sana, tetapi mengarah ke usaha-ikhtiyar. Mohon maaf sebelumnya, masalah takdir baru kutulis saat ini mengingat pembahasan takdir memang membawa masalah: minimal bingung, maksimal sesat, kata Ust. Mudzoffar. Alhamdulillah, tadi bertemu Ust. Muhammad Nur Yasin yang membahas takdir. Ada beberapa pemahaman yang baru kuterima, pemahaman yang akan memudahkan kita untuk memahami masalah takdir.
Mengenai takdir Allah ada 4 hal:
1. Allah Maha Mengetahui
2. Allah mencatat
3. Allah menghendaki
4. Allah menciptakan
Allah Maha Mengetahui, IlmuNya meliputi segala sesuatu, baik yang dzohir maupun batin, baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi, baik maupun yang buruk. Segala sesuatunya telah Allah catat melalui QalamNya hingga hari kiamat [1]. Pena sudah terangkat dan kering sudah kertas. Artinya Allah sudah menetapkan takdir tersebut pada lauhul mahfudz. Tidak akan mati orang yang ditakdirkan masih hidup, dan tak akan berumur panjang orang yang ditakdirkan akan segera mati. Lalu, bagaimana dengan bunuh diri?
Allah memang menghendaki segala sesuatu, hanya saja tidak segala sesuatu Allah kehendaki secara syar'iyah. Ada hal-hal yang Allah kehendaki secara kauniyah. Seseorang mati bunuh diri itu karena kehendak Allah secara kauniyah, secara kausalitas, secara sebab akibat. Namun, Allah tidak menghendaki perbuatan tersebut secara syar'iyah. Lalu, apakah Allah bersalah telah menghendaki keburukan pada seorang hamba? Tentu tidak. Allah tidak menghendaki seseorang untuk meninggal dengan cara yang tidak syar'i. Untuk memudahkan pemahaman, ibarat orang yang membunuh orang lain dengan pisau yang dibuat oleh seorang pandai besi. Apakah pandai besi dihukum karena membuat pisau? Tidak, karena pandai besi tidak membuat pisau untuk membunuh manusia, tetapi untuk menyembelih hewan.

Masalah takdir, kita tentu memahami bahwa takdir itu sudah ditetapkan di awal. Apakah takdir bisa berubah? Apabila seseorang mengatakan bahwa takdir bisa berubah, maka ia menuduh Allah salah karena Allah tidak mengetahui apa yang akan terjadi, na'udzubillah dari pemikiran tersebut. Lalu, bagaimana dengan perintah Allah untuk berdoa dengan hadits "tidak ada yang bisa mengubah takdir kecuali doa [2]" atau "apabila kalian ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaknya ia menyambung tali silaturahmi [3]"? Ust. Yasin menjelaskan, ada takdir yang dikaitkan dengan ikhtiar. Takdir-takdir yang tidak berkaitan dengan dosa dan pahala, sebagian berkaitan dengan ikhtiar, seperti umur dan rizki. Sementara takdir-takdir yang berkaitan dengan dosa dan pahala, berkaitan dengan ikhtiar. Semuanya memang sudah tertulis, tetapi pilihan-pilihan itu tetap ada untuk manusia. Sebagian ulama berpendapat, takdir yang berubah maksudnya adalah pengetahuan yang ada pada Malaikat, bukan pada lauhul mahfudz. Allahu a'lam.
Apabila takdir-takdir yang berkaitan dengan dosa dan pahala memiliki kaitan dengan ikhtiar seseorang, lalu bagaimana dengan hadits yang menyebutkan adanya seorang hamba yang melakukan amalan ahli surga hingga antara dirinya dan surga tinggal sejengkal (dan sebaliknya) [4]? Hadits tersebut seolah-olah mengabarkan kepada kita bahwa Allah memaksakan kehendakNya pada urusan dosa dan pahala. Jika memang demikian, maka Allah telah berbuat dhalim kepada manusia [5]. Na'udzubillah dari pemikiran tersebut. Padahal Allah telah menjelaskan dalam salah satu hadits qudsi, "Sesungguhnya Aku haramkan pada diriKu untuk berbuat dhalim, maka Aku jadikan haram pula berbuat dhalim di antara kalian." Allah tidak mungkin dhalim. Maksud hadits tersebut adalah dalam pandangan manusia, seseorang melakukan amalan ahli surga, tetapi Allah Mahatahu dan Mahaadil, apakah dia melakukan amalan itu ikhlas karena Allah atau karena yang lain.
Sekiranya masih bingung, sebaiknya tanyakan masalah takdir ini pada ustad yang lebih mumpuni, karena sekali lagi membahas takdir itu minimal bingung, maksimal sesat. Padahal takdir adalah salah satu rukun Islam yang apabila kita mengingkarinya, maka bersiaplah tidak menjadi umat Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam.
[1] HR. Abu Dawud
[2] HR. Tirmidzi
[3] Muttafaq 'alaih
[4] HR. Bukhari dan Muslim
[5] HR. Muslim
09 Oktober 2017
Malu Satu Halaman
Al Quran, mukjizat terhebat sepanjang masa, yang masih eksis hingga 14 abad, dibandingkan dengan mukjizat-mukjizat fenomenal lain. Membelah lautan misalnya, mukjizat Nabi Musa untuk zaman ini akan menjadi berita heboh yang viral di dunia maya. Bayangkan saja, ada seribuan orang dikejar pemerintah, lalu pemimpin "pemberontak" membelah lautan hingga seakan-akan ada dua gunung bersebelahan. Para "pemberontak" berhasil menyeberang, sementara pemerintah tenggelam di antara dua gunung air yang menutup kembali. Atau mungkin berita heboh manusia kebal api, dibakar hidup-hidup dalam api raksasa tanpa ada pakaian anti panas pakaian canggih lainnya.
Semua mukjizat fenomenal tersebut hanya akan eksis pada generasi itu saja, selanjutnya akan menjadi cerita yang diwariskan turun-temurun, tak dapat disaksikan secara langsung hingga berubah menjadi dongeng. Berbeda dengan Al Quran. Mukjizat itu masih utuh, masih bisa disaksikan, masih bisa ditantang kebenarannya. Bahkan Al Quran itu sendiri menantang siapapun untuk menandingi kehebatan mukjizat terhebat sepanjang masa.
Alhamdulillah, aku mengenal kawan yang sedang dalam proses menghafal Al Quran seutuhnya. Dia tidak berada di luar negeri, atau di luar kota, kami sering bertemu di sebuah masjid untuk bersujud pada kiblat yang sama. Aku pun memberanikan diri untuk menyetorkan hafalan. Hari ini, kami pun duduk berdekatan, memegang gadget masing-masing dengan aplikasi Al Quran.
"A'udzubillahi min asysyaithani rrajim... dst."
"Lho, sudah? Tiap hari antum hafalan berapa lembar?"
Blarr, pertanyaan itu seakan menampar pipiku dengan kursi lipat. Aku menjawab ala kadarnya sesuai jumlah yang kutambahkan hari itu: 2 ayat.
"Kapan waktu yang antum gunakan buat hafalan"
Blarr, pertanyaan barusan seakan menampar pipiku kedua kalinya dengan kursi lipat. Pertama dari sebelah kiri, kedua dari sebelah kanan. Aku benar-benar malu. Memang, dibandingkan dengan waktu yang ada, aku tidak menggunakannya untuk menghafal kecuali sedikit. Itu pun tidak tiap hari. Jika keinginan hadir, hafalan bertambah, jika tidak, hanya sebatas mengulang.
"Antum coba tiap habis subuh hafalan satu lembar. Itu waktu yang enak menurut ana. Habis duhur diulang, habis asar diulang, habis magrib diulang, habis isya juga. Insya Allah mudah."
Mendengar saran itu, aku mengangguk-angguk sambil tersenyum malu. Satu halaman perhari mungkin bukanlah perkara ringan. Namun satu halaman seharusnya cukup membuatku malu, betapa lalainya aku terhadap kitabku, perkataan mulia dari Yang Maha Mulia, diturunkan kepada Nabi termulia melalui malaikat paling mulia. Apakah aku bagian dari umat yang mulia?
02 Agustus 2017
Istikhlaf, Manusia dan Khalifah
Di mata kapitalisme, manusia berkedudukan di tempat paling tinggi di dunia ini. Apabila dunia ini diibaratkan segitiga, maka manusia berada di puncak segitiga. Apabila dibuat rantai makanan, maka manusia berada di puncak rantai makanan, di atas hewan-hewan karnivora. Berbeda dengan environmentalis. Apabila dunia ini diibaratkan lingkaran, maka manusia berada di antara lingkaran. Manusia dan lingkungan adalah hal yang saling menjaga. Jika alam rusak, maka rusak pula manusia. Apabila rantai makanan terputus, terancamlah manusia. Lalu, bagaimana kedudukan manusia dalam Islam?
-
Bismillah Tulisan semacam di atas akan kita temui di kota-kota besar seperti Surabaya. Entah, di kota-kota kecil ada atau enggak, monggo t...
-
Bismillah Bisa dibilang, hari ini hari yang cukup mendebarkan. Di satu sisi aku harus menyelesaikan desain eksisting 3D mushala jurusan, a...
-
Bismillah.. Hehe, setelah sekian lama tidak menulis blog, alhamdulillah bisa menulis lagi. Terlebih lagi dengan blog ini, yang awalnya ber...


