Bismillah
Hari yang kunanti pun tiba. Kuangkat kakiku ke dalam bus dan melangkah menuju tempat duduk di tengah yang lagi kosong. Sesosok anak perempuan berambut ombak tersenyum lugu padaku di sebelah ayahnya, mengingatkanku pada masa kecilku hingga pemberhentian pertama, aku pun tersadar bahwa gadis mungil itu berjalan dengan satu kaki dan satu kruk di dekapannya. Astaghfirullah, maafkan hambamu ini ya Allah. Aku memiliki dua kaki untuk menapaki dunia, tetapi aku sering mengeluh..
Rabu, 17 Februari 2016
Senin, 08 Februari 2016
Was-was (Lintasan)
Bismillah
Tulisan ini lanjutan dari tulisanku sebelumnya yang berjudul Mau Move On?
Sore tadi aku menyiapkan diri untuk menginap di Rumah Dakwah Indonesia buat mengejar ketertinggalanku dua pertemuan dari Nahwu Wadih. Tapi sebelum menginap di RDI, aku sempatkan untuk mengikuti kajian Sunnah di Masjid Al Amin yang diisi oleh Ust. Ma'ruf Nur Salam.
Harapanku tinggi di masjid itu. Karpet tebal, ruangan dingin, penataan suara yang bagus, didukung dengan takmir yang tahu cara menggunakan peralatan suara dan shaf yang disesaki jamaah dari berbagai penjuru untuk mengikuti kajian. Memang, hari ini hujan cukup lama sehingga mengurangi jamaah yang datang, itu tak masalah. Yang mengurangi harapanku adalah aku duduk di shaf dekat pintu. Sewaktu sujud, baunya nggak karuan karena karpetnya lembab. Alhamdulillah aku membawa sarung sehingga bisa kuletakkan di tempat sujudku untuk mengurangi bau nggak karuan.
Seusai shalat magrib, kajian dimulai. Aku memindahkan tempat dudukku mendekati beliau. Kajian pun dimulai. Tadi sore kitab yang beliau bawa adalah Matan Riyadhus Shalihin, kitab hadits yang cukup masyhur di kalangan umat Islam. Pembahasan masuk bab dzikir pagi dan petang. Menariknya, beliau tak hanya membacakan matannya saja, tetapi juga menambahkan penjelasan lain yang tak ada di kitab itu, terutama pada pembacaan surat Al Ikhlas, Al Falaq, dan An Nas.
Ketiga surat itu bagi Umat Islam tentu tak asing lagi. Tiga surat terakhir dari kitab yang mudah untuk dihafalkan. Beliau menjelaskan, Al Ikhlas seluruhnya membicarakan keutamaan Allah azza wa jalla.
قل هو الله احد yang artinya Katakanlah, Dialah Allah Yang Maha Esa. الله الصمد yang artinya Allah tempat bergantung. لم يلد ولم يولد yang artinya tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. ولم يكن له كفوا احد yang artinya dan tidak ada yang sekufu dengan satupun. Lebih menarik lagi pada surat muawidzatain, yakni surat Al Falaq dan surat An Nas.
قل اعوذ برب الفلق yang artinya Katakanlah, aku berlindung dengan Tuhannya subuh (tentunya Allah).
من شر ما خلق yang artinya dari kejahatan makhluk (yang Dia ciptakan).
ومن شر غاسق اذا وقب yang artinya dan dari kejahatan malam apabila gelap (biasanya kejahatan pada malam hari).
ومن شر النفثت فى العقد yang artinya dari kejahatan tiupan pada ikatan (pada umumnya sihir itu menggunakan alat-alat yang diikat lalu ditiup).
ومن شر حاسد اذا حسد yang artinya dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia mendengki (orang yang dengkinya kuat lalu mendengki orang lain, bisa membuat orang yang didengki sakit karena penglihatannya (penyakit ain).
Berikutnya pada surat An Nas, artinya saja *ngetik huruf Arabnya susah, belum terbiasa*. Katakanlah, Aku berlindung dengan Tuhannya manusia. Rajanya manusia. Sesembahannya manusia. Dari kejahatan bisikan yang bersembunyi. Yaitu yang dibisikkan ke dalam dada manusia. Dari golongan jin dan manusia.
Sangat menarik sekali dua surat di atas apabila dilihat dari "meminta perlindungan" dan "untuk apa berlindung?" Dalam surat Al Falaq, ayat meminta perlindungan hanya satu, yakni "Aku berlindung dengan Tuhannya subuh". Berlindung dari apa? Dari kejahatan mahkluk, kejahatan malam, kejahatan sihir, dan orang yang dengki. Ada empat hal yang ingin berlindung darinya.
Sementara pada surat An Nas, ayat meminta perlindungan ada tiga, "Aku berlindung dengan Tuhannya manusia, rajanya manusia, dan sesembahannya manusia." Berlindung dari apa? Dari bisikan. Cuma bisikan yang dijelaskan, tersembunyi, masuk ke hati manusia, baik bisikan dari jin maupun manusia lainnya. Artinya, kejahatan bisikan (was-was) ini lebih berbahaya dari 4 kejahatan sebelumnya yang ada di surat Al Falaq. Kejahatan ini bisa hingga di mana saja, kapan saja, siapa saja. Misalnya, ada orang yang berwudlu, lalu was-was datang, lalu lupa, "Ini udah basuhan ke dua kali apa tiga kali ya?" atau setelah wudlu, "Kayaknya wudluku batal deh." sehingga Ia mengulangi wudlunya berkali-kali. Ada was-was tipe yang lain, was-was yang membuat seolah-olah terlihat sempurna. Misalnya, ada orang yang mau shalat, niatnya diulangi berkali-kali. "Ushalli.." teruus, diulang-ulang. Setelah jamaah mengucap "Aaamiin.." dia masih "Ushalli.." bahkan ketika bacaan panjang sudah selesai, imam ruku' dia masih mengucap "Ushalli.." lalu segera takbir, segera ruku'. Masya Allah, ada memang orang yang kayak gitu.
---
Tulisan ini lanjutan dari tulisanku sebelumnya yang berjudul Mau Move On?
Sore tadi aku menyiapkan diri untuk menginap di Rumah Dakwah Indonesia buat mengejar ketertinggalanku dua pertemuan dari Nahwu Wadih. Tapi sebelum menginap di RDI, aku sempatkan untuk mengikuti kajian Sunnah di Masjid Al Amin yang diisi oleh Ust. Ma'ruf Nur Salam.
Harapanku tinggi di masjid itu. Karpet tebal, ruangan dingin, penataan suara yang bagus, didukung dengan takmir yang tahu cara menggunakan peralatan suara dan shaf yang disesaki jamaah dari berbagai penjuru untuk mengikuti kajian. Memang, hari ini hujan cukup lama sehingga mengurangi jamaah yang datang, itu tak masalah. Yang mengurangi harapanku adalah aku duduk di shaf dekat pintu. Sewaktu sujud, baunya nggak karuan karena karpetnya lembab. Alhamdulillah aku membawa sarung sehingga bisa kuletakkan di tempat sujudku untuk mengurangi bau nggak karuan.
Seusai shalat magrib, kajian dimulai. Aku memindahkan tempat dudukku mendekati beliau. Kajian pun dimulai. Tadi sore kitab yang beliau bawa adalah Matan Riyadhus Shalihin, kitab hadits yang cukup masyhur di kalangan umat Islam. Pembahasan masuk bab dzikir pagi dan petang. Menariknya, beliau tak hanya membacakan matannya saja, tetapi juga menambahkan penjelasan lain yang tak ada di kitab itu, terutama pada pembacaan surat Al Ikhlas, Al Falaq, dan An Nas.
Ketiga surat itu bagi Umat Islam tentu tak asing lagi. Tiga surat terakhir dari kitab yang mudah untuk dihafalkan. Beliau menjelaskan, Al Ikhlas seluruhnya membicarakan keutamaan Allah azza wa jalla.
قل هو الله احد yang artinya Katakanlah, Dialah Allah Yang Maha Esa. الله الصمد yang artinya Allah tempat bergantung. لم يلد ولم يولد yang artinya tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. ولم يكن له كفوا احد yang artinya dan tidak ada yang sekufu dengan satupun. Lebih menarik lagi pada surat muawidzatain, yakni surat Al Falaq dan surat An Nas.
قل اعوذ برب الفلق yang artinya Katakanlah, aku berlindung dengan Tuhannya subuh (tentunya Allah).
من شر ما خلق yang artinya dari kejahatan makhluk (yang Dia ciptakan).
ومن شر غاسق اذا وقب yang artinya dan dari kejahatan malam apabila gelap (biasanya kejahatan pada malam hari).
ومن شر النفثت فى العقد yang artinya dari kejahatan tiupan pada ikatan (pada umumnya sihir itu menggunakan alat-alat yang diikat lalu ditiup).
ومن شر حاسد اذا حسد yang artinya dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia mendengki (orang yang dengkinya kuat lalu mendengki orang lain, bisa membuat orang yang didengki sakit karena penglihatannya (penyakit ain).
Berikutnya pada surat An Nas, artinya saja *ngetik huruf Arabnya susah, belum terbiasa*. Katakanlah, Aku berlindung dengan Tuhannya manusia. Rajanya manusia. Sesembahannya manusia. Dari kejahatan bisikan yang bersembunyi. Yaitu yang dibisikkan ke dalam dada manusia. Dari golongan jin dan manusia.
Sangat menarik sekali dua surat di atas apabila dilihat dari "meminta perlindungan" dan "untuk apa berlindung?" Dalam surat Al Falaq, ayat meminta perlindungan hanya satu, yakni "Aku berlindung dengan Tuhannya subuh". Berlindung dari apa? Dari kejahatan mahkluk, kejahatan malam, kejahatan sihir, dan orang yang dengki. Ada empat hal yang ingin berlindung darinya.
Sementara pada surat An Nas, ayat meminta perlindungan ada tiga, "Aku berlindung dengan Tuhannya manusia, rajanya manusia, dan sesembahannya manusia." Berlindung dari apa? Dari bisikan. Cuma bisikan yang dijelaskan, tersembunyi, masuk ke hati manusia, baik bisikan dari jin maupun manusia lainnya. Artinya, kejahatan bisikan (was-was) ini lebih berbahaya dari 4 kejahatan sebelumnya yang ada di surat Al Falaq. Kejahatan ini bisa hingga di mana saja, kapan saja, siapa saja. Misalnya, ada orang yang berwudlu, lalu was-was datang, lalu lupa, "Ini udah basuhan ke dua kali apa tiga kali ya?" atau setelah wudlu, "Kayaknya wudluku batal deh." sehingga Ia mengulangi wudlunya berkali-kali. Ada was-was tipe yang lain, was-was yang membuat seolah-olah terlihat sempurna. Misalnya, ada orang yang mau shalat, niatnya diulangi berkali-kali. "Ushalli.." teruus, diulang-ulang. Setelah jamaah mengucap "Aaamiin.." dia masih "Ushalli.." bahkan ketika bacaan panjang sudah selesai, imam ruku' dia masih mengucap "Ushalli.." lalu segera takbir, segera ruku'. Masya Allah, ada memang orang yang kayak gitu.
---
Kamis, 28 Januari 2016
Dari Nasi Padang Sampai Kemana-mana
Bismillah
Masakan Padang, siapa yang nggak tau? Masakan dari Sumatera Barat terkenal dengan sambel ijonya (lado ijo) juga rendang yang jadi urutan pertama makanan paling lezat sedunia jare CNN. Sebelum magrib, aku berniat membeli masakan padang untuk dimakan bersama di rumah.
Sepulang dari masjid, aku segera menyalakan motor untuk membeli masakan padang (jaraknya sekitar 1 km dari rumah). Kutaruh buku di bagasi, barangkali perlu menunggu lama sewaktu membungkusnya. Padahal nggak pernah lama..
Masakan Padang, siapa yang nggak tau? Masakan dari Sumatera Barat terkenal dengan sambel ijonya (lado ijo) juga rendang yang jadi urutan pertama makanan paling lezat sedunia jare CNN. Sebelum magrib, aku berniat membeli masakan padang untuk dimakan bersama di rumah.
Warung Padang yang kelebihan piring |
Selasa, 19 Januari 2016
Mau Move On?
Bismillah
Pertanyaan-pertanyaan itu muncul. Apa hukumnya ini? Apa hukumnya itu? Aku bukanlah ahli hukum yang bisa menjawab seluruh permasalahan yang ada mengingat aku masih belum punya pemahaman ushul fiqh. Namun, ada hal yang menarik ketika pertanyaan itu dilanjutkan dengan, "Gimana caranya biar nggak terulang?" Itu masuk ranahnya bongkarhabit.
Bongkarhabit, atau mengubah kebiasaan memang bukanlah hal yang mudah, tetapi bukan berarti nggak mungkin berubah. Pernah kujawab dengan ayat dorongan semangat dari surat Al Baqarah ayat 74 mengenai hati yang lebih keras dari batu, padahal dari batu itu bisa pecah karena air. "Harapan itu masih ada!" Namun, kurasa ayat ini nggak begitu mudah dimaknai sebagai ayat dorongan semangat.
Pertanyaan-pertanyaan itu muncul. Apa hukumnya ini? Apa hukumnya itu? Aku bukanlah ahli hukum yang bisa menjawab seluruh permasalahan yang ada mengingat aku masih belum punya pemahaman ushul fiqh. Namun, ada hal yang menarik ketika pertanyaan itu dilanjutkan dengan, "Gimana caranya biar nggak terulang?" Itu masuk ranahnya bongkarhabit.
Bongkarhabit, atau mengubah kebiasaan memang bukanlah hal yang mudah, tetapi bukan berarti nggak mungkin berubah. Pernah kujawab dengan ayat dorongan semangat dari surat Al Baqarah ayat 74 mengenai hati yang lebih keras dari batu, padahal dari batu itu bisa pecah karena air. "Harapan itu masih ada!" Namun, kurasa ayat ini nggak begitu mudah dimaknai sebagai ayat dorongan semangat.
Senin, 18 Januari 2016
Polisi Ditakuti?
Bismillah
Ada beberapa cerita yang membuat judul tulisan ini menjadi sesuai dengan isinya..
Beberapa pekan yang lalu, aku menyerahkan kepalaku untuk dipangkas di tukang pangkas rambut. Karena sebab perbedaan umur dan seringkali obrolanku agak berbeda, mas-mas yang biasa memangkas rambutku lebih memilih mengobrol dengan pelanggan lain yang lebih tua.
Saat itu obrolan dimulai dari pelanggan. Beliau bercerita mengenai pekerjaannya menjadi seorang tukang. Entah tukang apa, aku tak menanyakan. Pernah suatu ketika beliau berada di rumah orang yang cukup kaya didapati penghuninya sedang bertengkar dengan sesamanya. Beberapa hari kemudian, salah seorang penghuni ditahan kepolisian, dan beliau diundang untuk menjadi saksi atas perkelahian yang terjadi karena berada di tempat saat kejadian sedang berlangsung.
Ada beberapa cerita yang membuat judul tulisan ini menjadi sesuai dengan isinya..
Beberapa pekan yang lalu, aku menyerahkan kepalaku untuk dipangkas di tukang pangkas rambut. Karena sebab perbedaan umur dan seringkali obrolanku agak berbeda, mas-mas yang biasa memangkas rambutku lebih memilih mengobrol dengan pelanggan lain yang lebih tua.
Saat itu obrolan dimulai dari pelanggan. Beliau bercerita mengenai pekerjaannya menjadi seorang tukang. Entah tukang apa, aku tak menanyakan. Pernah suatu ketika beliau berada di rumah orang yang cukup kaya didapati penghuninya sedang bertengkar dengan sesamanya. Beberapa hari kemudian, salah seorang penghuni ditahan kepolisian, dan beliau diundang untuk menjadi saksi atas perkelahian yang terjadi karena berada di tempat saat kejadian sedang berlangsung.
Jumat, 15 Januari 2016
3 4 1437
Bismillah
Angka di atas bukanlah angka-angka keramat dari mistisme Jawa, tapi angka itu akan sangat dipahami jika memahami 4 digit terakhirnya, 1437. Ya, itulah penanggalan hijriyah, penanggalan Umat Islam yang seringkali diabaikan oleh penganutnya sendiri.
3 4 1437 berarti kemarin lusa sejak matahari terbenam sampai matahari terbenam hari kemarin. Alhamdulillah, entah kalimat apa lagi yang harus kuucapkan mengingat betapa banyak nikmat-Nya yang tak mungkin bisa kuhitung satu-persatu. Terlebih lagi di tanggal ini aku bertemu dengan Dr. Adian Husaini, mengingatkanku akan sejarah di Indonesia. Ya, sejarah.
Entah apa yang terjadi dalam diriku. Ketika aku membaca atau menyimak buku-buku sejarah, aku merasa tak tertarik. Padahal guruku seringkali mengatakan bahwa kita harus belajar dari sejarah untuk supaya kita bisa menghargai usaha-usaha para pejuang dulu *konteksnya sejarah nasional Indonesia* Aku merasa sejarah begitu hambar, hanya berisikan peristiwa, tanggal, lokasi, dan siapa saja yang terlibat di dalamnya. 4 poin itu sangat kental dari soal-soal yang harus kami kerjakan di LKS. Aku merasa, nasionalismeku tak bertambah setelah membaca buku sejarah!
Itu sewaktu SD.. Semoga Allah al hayyu al qayyum memberikan ampunan kepada guruku yang telah meninggal..
Sewaktu SMP, pelajaran sejarah naik level. Meski sejarah nasional masih ada, masih saja tak menaikkan rasa nasionalismeku. Naik level di sini adalah adanya perang dunia yang sangat digemari teman-temanku. Entah mungkin terdengar lebih menarik kisah-kisahnya daripada sejarah nasional. Ya, kisahnya!
Rentetan cerita yang dituturkan secara apik dari guruku itulah yang membuatku merasa tertarik dengan sejarah. Aku bisa merasakan perjuangannya meskipun sedikit, hingga ketika SMA datang, pertanyaan muncul:
Kita adalah negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia. Aneh sekali, apa peran Umat Islam dalam sejarah nasional? Ya, ada. Umat Islam dalam sejarah tergambar sebagai pemberontak DI/TII. Namun, lebih tepatnya peran Umat Islam tak ditonjolkan dalam sejarah. Kisah Syarikat Dagang Islam tak dijabarkan, kisah perumusan Piagam Jakarta yang mengusulkan "Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, kisah dibalik takbinya Bung Tomo di Surabaya, dll. Sangat berbeda ketika aku membaca sirah nabawi. Aku terlarut di dalamnya seolah-olah aku bertemu dengan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Ya, aku muak dengan sejarah. Sejarah yang ada di kurikulum pendidikan formal Indonesia yang ternyata banyak direkayasa. Politik etis yang digagas oleh Belanda tak ubahnya dengan mengalihkan masyarakat Indonesia (pra kemerdekaan) dari pesantren menuju sekolah yang jauh dari-nilai-nilai Islami. Tak diarahkan menjadi manusia yang bertauhid dan berakhlak yang baik, tetapi diarahkan menjadi tenaga kerja yang terampil. Ya, tak disinggung sama sekali peran pesantren di kurikulum pendidikan formal di Indonesia.
Ada banyak hal yang ingin kutuliskan mengenai sejarah yang direkayasa. Hanya saja, pemahamanku akan sejarah yang sesungguhnya masih dangkal. Aku masih perlu banyak belajar, baik isinya, maupun metode analisisnya.. Pertanyaan untukmu:
Majapahit dalam sejarah digambarkan sebagai kerajaan yang menyatukan Nusantara. Mengapa candi terbesarnya hanya Prambanan di Jogja? *selebihnya, hanya candi-candi kecil dari bata tanpa relief*
Angka di atas bukanlah angka-angka keramat dari mistisme Jawa, tapi angka itu akan sangat dipahami jika memahami 4 digit terakhirnya, 1437. Ya, itulah penanggalan hijriyah, penanggalan Umat Islam yang seringkali diabaikan oleh penganutnya sendiri.
3 4 1437 berarti kemarin lusa sejak matahari terbenam sampai matahari terbenam hari kemarin. Alhamdulillah, entah kalimat apa lagi yang harus kuucapkan mengingat betapa banyak nikmat-Nya yang tak mungkin bisa kuhitung satu-persatu. Terlebih lagi di tanggal ini aku bertemu dengan Dr. Adian Husaini, mengingatkanku akan sejarah di Indonesia. Ya, sejarah.
Entah apa yang terjadi dalam diriku. Ketika aku membaca atau menyimak buku-buku sejarah, aku merasa tak tertarik. Padahal guruku seringkali mengatakan bahwa kita harus belajar dari sejarah untuk supaya kita bisa menghargai usaha-usaha para pejuang dulu *konteksnya sejarah nasional Indonesia* Aku merasa sejarah begitu hambar, hanya berisikan peristiwa, tanggal, lokasi, dan siapa saja yang terlibat di dalamnya. 4 poin itu sangat kental dari soal-soal yang harus kami kerjakan di LKS. Aku merasa, nasionalismeku tak bertambah setelah membaca buku sejarah!
Itu sewaktu SD.. Semoga Allah al hayyu al qayyum memberikan ampunan kepada guruku yang telah meninggal..
Sewaktu SMP, pelajaran sejarah naik level. Meski sejarah nasional masih ada, masih saja tak menaikkan rasa nasionalismeku. Naik level di sini adalah adanya perang dunia yang sangat digemari teman-temanku. Entah mungkin terdengar lebih menarik kisah-kisahnya daripada sejarah nasional. Ya, kisahnya!
Rentetan cerita yang dituturkan secara apik dari guruku itulah yang membuatku merasa tertarik dengan sejarah. Aku bisa merasakan perjuangannya meskipun sedikit, hingga ketika SMA datang, pertanyaan muncul:
Kita adalah negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia. Aneh sekali, apa peran Umat Islam dalam sejarah nasional? Ya, ada. Umat Islam dalam sejarah tergambar sebagai pemberontak DI/TII. Namun, lebih tepatnya peran Umat Islam tak ditonjolkan dalam sejarah. Kisah Syarikat Dagang Islam tak dijabarkan, kisah perumusan Piagam Jakarta yang mengusulkan "Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, kisah dibalik takbinya Bung Tomo di Surabaya, dll. Sangat berbeda ketika aku membaca sirah nabawi. Aku terlarut di dalamnya seolah-olah aku bertemu dengan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Ya, aku muak dengan sejarah. Sejarah yang ada di kurikulum pendidikan formal Indonesia yang ternyata banyak direkayasa. Politik etis yang digagas oleh Belanda tak ubahnya dengan mengalihkan masyarakat Indonesia (pra kemerdekaan) dari pesantren menuju sekolah yang jauh dari-nilai-nilai Islami. Tak diarahkan menjadi manusia yang bertauhid dan berakhlak yang baik, tetapi diarahkan menjadi tenaga kerja yang terampil. Ya, tak disinggung sama sekali peran pesantren di kurikulum pendidikan formal di Indonesia.
Ada banyak hal yang ingin kutuliskan mengenai sejarah yang direkayasa. Hanya saja, pemahamanku akan sejarah yang sesungguhnya masih dangkal. Aku masih perlu banyak belajar, baik isinya, maupun metode analisisnya.. Pertanyaan untukmu:
Majapahit dalam sejarah digambarkan sebagai kerajaan yang menyatukan Nusantara. Mengapa candi terbesarnya hanya Prambanan di Jogja? *selebihnya, hanya candi-candi kecil dari bata tanpa relief*
Rabu, 25 November 2015
Menutut Sempurna
PLN (n.) Nyala tak dipuji, mati dimaki-maki (Wirawan, H:2015)
Kita manusia memang banyak menuntut. Dengan mudahnya mencelatu sesuatu yang tak sempurna. Aku sendiri sering juga sih sewaktu lihat film. Kadang bilang "Wah, ceritanya cacat nih, alay". Tapi yang kukritik secara spontan itu untuk hal-hal yang bersifat komersial atau barang privat.
Aku jadi teringat waktu SD kelas satu dulu. Waktu itu lagi ada pengumpulan beras untuk zakat fitrah. Mungkin karena masih unyu-unyu kelas satu, sebagian beras berceceran di lantai. Aku ambil sapu, kubersihkan, kuarahkan ke balik pintu. Beres.
Selang beberapa pelajaran, guru kami menutup pintu. Eng ing eng.. "Siapa yang naruh beras di sini?" sontak teman-temanku menunjukku. Aku pun dimarahi. What the.. Hmm.. Waktu itu aku berpikir, "Mending nggak tak sapu tadi." Itu barang publik rek, bukan barang privat. Toh juga buat kebaikan kita bersama kelasnya jadi bersih, Padahal, harapanku kukerjakan ini, sisanya biar dikerjakan orang lain..
Seringkali memang aku membuat ide setengah jadi, mengusulkan solusi yang belum final. Tujuan besarnya seperti apa, langkah garis besarnya seperti apa dengan harapan ada orang yang mau turut serta dalam proses menggodok ide itu. Tapi kenyataannya "Kalau usul ide yang utuh dong"
Langganan:
Postingan (Atom)
-
Bismillah 星 読 (hoshu yomi) berarti melihat bintang Saat itu kami lagi duduk-duduk di pendopo utara membuat bait-bait puisi. Aku lupa pui...
-
Bismillah Sejak pengajaran keluarga besar kelas 1 SD aku tak paham. Apa itu paman, apa itu bibi. Padahal aku sudah bertanya beberapa kali,...
-
Bismillah Pertanyaan-pertanyaan itu muncul. Apa hukumnya ini? Apa hukumnya itu? Aku bukanlah ahli hukum yang bisa menjawab seluruh permasa...