Tulisan ini lanjutan dari tulisanku sebelumnya yang berjudul Mau Move On?
Sore tadi aku menyiapkan diri untuk menginap di Rumah Dakwah Indonesia buat mengejar ketertinggalanku dua pertemuan dari Nahwu Wadih. Tapi sebelum menginap di RDI, aku sempatkan untuk mengikuti kajian Sunnah di Masjid Al Amin yang diisi oleh Ust. Ma'ruf Nur Salam.
Harapanku tinggi di masjid itu. Karpet tebal, ruangan dingin, penataan suara yang bagus, didukung dengan takmir yang tahu cara menggunakan peralatan suara dan shaf yang disesaki jamaah dari berbagai penjuru untuk mengikuti kajian. Memang, hari ini hujan cukup lama sehingga mengurangi jamaah yang datang, itu tak masalah. Yang mengurangi harapanku adalah aku duduk di shaf dekat pintu. Sewaktu sujud, baunya nggak karuan karena karpetnya lembab. Alhamdulillah aku membawa sarung sehingga bisa kuletakkan di tempat sujudku untuk mengurangi bau nggak karuan.
Seusai shalat magrib, kajian dimulai. Aku memindahkan tempat dudukku mendekati beliau. Kajian pun dimulai. Tadi sore kitab yang beliau bawa adalah Matan Riyadhus Shalihin, kitab hadits yang cukup masyhur di kalangan umat Islam. Pembahasan masuk bab dzikir pagi dan petang. Menariknya, beliau tak hanya membacakan matannya saja, tetapi juga menambahkan penjelasan lain yang tak ada di kitab itu, terutama pada pembacaan surat Al Ikhlas, Al Falaq, dan An Nas.
Ketiga surat itu bagi Umat Islam tentu tak asing lagi. Tiga surat terakhir dari kitab yang mudah untuk dihafalkan. Beliau menjelaskan, Al Ikhlas seluruhnya membicarakan keutamaan Allah azza wa jalla.
قل هو الله احد yang artinya Katakanlah, Dialah Allah Yang Maha Esa. الله الصمد yang artinya Allah tempat bergantung. لم يلد ولم يولد yang artinya tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. ولم يكن له كفوا احد yang artinya dan tidak ada yang sekufu dengan satupun. Lebih menarik lagi pada surat muawidzatain, yakni surat Al Falaq dan surat An Nas.
قل اعوذ برب الفلق yang artinya Katakanlah, aku berlindung dengan Tuhannya subuh (tentunya Allah).
من شر ما خلق yang artinya dari kejahatan makhluk (yang Dia ciptakan).
ومن شر غاسق اذا وقب yang artinya dan dari kejahatan malam apabila gelap (biasanya kejahatan pada malam hari).
ومن شر النفثت فى العقد yang artinya dari kejahatan tiupan pada ikatan (pada umumnya sihir itu menggunakan alat-alat yang diikat lalu ditiup).
ومن شر حاسد اذا حسد yang artinya dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia mendengki (orang yang dengkinya kuat lalu mendengki orang lain, bisa membuat orang yang didengki sakit karena penglihatannya (penyakit ain).
Berikutnya pada surat An Nas, artinya saja *ngetik huruf Arabnya susah, belum terbiasa*. Katakanlah, Aku berlindung dengan Tuhannya manusia. Rajanya manusia. Sesembahannya manusia. Dari kejahatan bisikan yang bersembunyi. Yaitu yang dibisikkan ke dalam dada manusia. Dari golongan jin dan manusia.
Sangat menarik sekali dua surat di atas apabila dilihat dari "meminta perlindungan" dan "untuk apa berlindung?" Dalam surat Al Falaq, ayat meminta perlindungan hanya satu, yakni "Aku berlindung dengan Tuhannya subuh". Berlindung dari apa? Dari kejahatan mahkluk, kejahatan malam, kejahatan sihir, dan orang yang dengki. Ada empat hal yang ingin berlindung darinya.
Sementara pada surat An Nas, ayat meminta perlindungan ada tiga, "Aku berlindung dengan Tuhannya manusia, rajanya manusia, dan sesembahannya manusia." Berlindung dari apa? Dari bisikan. Cuma bisikan yang dijelaskan, tersembunyi, masuk ke hati manusia, baik bisikan dari jin maupun manusia lainnya. Artinya, kejahatan bisikan (was-was) ini lebih berbahaya dari 4 kejahatan sebelumnya yang ada di surat Al Falaq. Kejahatan ini bisa hingga di mana saja, kapan saja, siapa saja. Misalnya, ada orang yang berwudlu, lalu was-was datang, lalu lupa, "Ini udah basuhan ke dua kali apa tiga kali ya?" atau setelah wudlu, "Kayaknya wudluku batal deh." sehingga Ia mengulangi wudlunya berkali-kali. Ada was-was tipe yang lain, was-was yang membuat seolah-olah terlihat sempurna. Misalnya, ada orang yang mau shalat, niatnya diulangi berkali-kali. "Ushalli.." teruus, diulang-ulang. Setelah jamaah mengucap "Aaamiin.." dia masih "Ushalli.." bahkan ketika bacaan panjang sudah selesai, imam ruku' dia masih mengucap "Ushalli.." lalu segera takbir, segera ruku'. Masya Allah, ada memang orang yang kayak gitu.
---
Barangkali inilah jawaban dari tulisanku sebelumnya, juga tulisan dari Dr. Malik Badri yang mengatakan bahwa lintasan (was-was) tak bisa dihindari. Kita perlu berlindung kepada Allah Yang Maha Pemelihara dari bisikan yang tersembunyi. Barangkali kita pernah mendengar hadits pendamping (qarin) dari golongan jin.
Dari Ibnu Mas'ud radhiallahu'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Setiap orang di antara kalian telah diutus untuknya seorang qorin (pendamping) dari golongan jin." Para sahabat bertanya, "Termasuk Anda, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab,
وَإِيَّايَ إِلاَّ أَنَّ الله أَعَانَنِي عَلَيْهِ فَأَسْلَمَ فَلا يَأْمُرنِي إِلاَّ بِخَيْرٍ
"Termasuk saya, hanya saja Allah membantuku untuk menundukkannya, sehingga dia masuk Islam. Karena itu, dia tidak memerintahkan kepadaku kecuali yang baik." (HR. Muslim)
Kalau kita ingat-ingat lagi kisah penciptaan manusia, setan tidak mau menaati perintah Allah azza wa jalla sehingga Allah mengeluarkannya dari surga dan mengutuknya hingga hari kiamat. Setan pun meminta kehidupan abadi, dan Allah mengabulkannya hingga hari kiamat. Lalu setan bersumpah untuk menyesatkan manusia, kecuali hamba-hamba Allah yang ikhlas. Yep, ada wilayah yang tak bisa dimasuki setan. Kitakah itu?
أَعُوذُ بِا للهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ
Aku berlindung kepada Allah Yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui dari gangguan syaitan yang terkutuk, dari kegilaannya, kesombongannya, dan nyanyiannya yang tercela.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar