Hari yang kunanti pun tiba. Kuangkat kakiku ke dalam bus dan melangkah menuju tempat duduk di tengah yang lagi kosong. Sesosok anak perempuan berambut ombak tersenyum lugu padaku di sebelah ayahnya, mengingatkanku pada masa kecilku hingga pemberhentian pertama, aku pun tersadar bahwa gadis mungil itu berjalan dengan satu kaki dan satu kruk di dekapannya. Astaghfirullah, maafkan hambamu ini ya Allah. Aku memiliki dua kaki untuk menapaki dunia, tetapi aku sering mengeluh..
Setibanya di terminal, tak ada lagi bus yang beroperasi di dalamnya. Gelap, hanya mushala dan beberapa warkop masih setia menjadi pelita bersama riuh tribun dari layar TV kabel. Aku pun melangkah maju menuju gerobak dengan pukis terbungkus rapi. Kupesan sebungkus pukis kepadanya, Ia pun tersenyum tanpa melihatku sambil berkata, "Terima kasih mas, mas pasti lapar."Aku pun terheran hingga ketika Ia meraba-raba tumpukan pukis, aku pun tersadar bahwa Ia seorang yang buta. Astaghfirullah, maafkan hambamu ini Ya Allah. Aku melihat dunia ini dengan dua mata, tetapi aku sering mengeluh..
اَللَّهُمَّ أَعِنِّيْ عَلَى ذِكْرِكَ، وَشُكْرِكَ، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
(Ya Allah! Berilah pertolongan kepadaku untuk menyebut namaMu, syukur kepadaMu dan ibadah yang baik untukMu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar