Bismillah
Tulisan ini tidak dikarenakan kehadiran orang statistika dalam posisi yang baru saja selesai beberapa hari lalu secara de facto. Namun, tulisan ini dikarenakan terusik kembali dengan adanya diskusi yang mengabarkan tentang kondisi perekonomian di Indonesia.
Beberapa tahun yang lalu, ada forum warga dari himpunan jurusanku membahas persyaratan calon ketua himpunan. Ada satu poin yang membuat forum itu bertahan hingga hampir 3 hari. Ya, hampir tiga hari membahas poin yang sama: syarat akademik.Bagi himpunan lain, syarat akademik mungkin terdengar memberatkan. Banyak mahasiswa dari himpunan lain terkejut ketika mendengar syarat akademik yang satu ini: memiliki IPK minimal 3.39. Bagi mahasiswa di kampusku sangat mungkin terkejut mendengar persyaratan ini, mengingat betapa sulitnya mendapatkan nilai 3 pada kebanyakan jurusan.
18 Mei 2017
03 Mei 2017
Pergi Saja ke Desa Sebelah
Bismillah
Selepas kembali ke Kota Situbondo, salah seorang temanku mengingatkanku, "Kenapa tidak menginap saja?" Ide yang sangat bagus. Mengingat jarak antara kota dengan lokasi desa terpencil terdekat melebihi 20 KM, ide itu kutelan dengan senang hati. Berangkatlah menuju desa-desa terpencil.
Entah, apa yang kupikirkan saat itu. Aku berniat bermalam di pelosok desa dengan gaya bonek, bondo nekat. Yep, kalau tak salah uang yang kubawa dalam dompet waktu itu hanya 200 ribu rupiah. Meski ada kartu ATM, kartu itu tak begitu mudah untuk dipakai karena lokasi ATM juga ada di sekitar kota. Pakaian ganti hanya bawa 2 lapis pakaian inti, selapis pakaian cadangan, dengan sikat gigi, odol, sabun, tanpa handuk. Laptop, charger laptop, power bank, kabel data, pocket camera, tanpa charger ponsel. Ya, waktu itu ponsel tak begitu berguna untuk komunikasi karena sinyal operator yang kugunakan tidak terjangkau. Alhasil, ponsel kualihfungsikan menjadi kamera dengan mode pesawat. Jadi, tak perlu bawa charger ponsel. Berapa hari aku di pelosok desa? 3 hari 3 malam.
Selepas kembali ke Kota Situbondo, salah seorang temanku mengingatkanku, "Kenapa tidak menginap saja?" Ide yang sangat bagus. Mengingat jarak antara kota dengan lokasi desa terpencil terdekat melebihi 20 KM, ide itu kutelan dengan senang hati. Berangkatlah menuju desa-desa terpencil.
Entah, apa yang kupikirkan saat itu. Aku berniat bermalam di pelosok desa dengan gaya bonek, bondo nekat. Yep, kalau tak salah uang yang kubawa dalam dompet waktu itu hanya 200 ribu rupiah. Meski ada kartu ATM, kartu itu tak begitu mudah untuk dipakai karena lokasi ATM juga ada di sekitar kota. Pakaian ganti hanya bawa 2 lapis pakaian inti, selapis pakaian cadangan, dengan sikat gigi, odol, sabun, tanpa handuk. Laptop, charger laptop, power bank, kabel data, pocket camera, tanpa charger ponsel. Ya, waktu itu ponsel tak begitu berguna untuk komunikasi karena sinyal operator yang kugunakan tidak terjangkau. Alhasil, ponsel kualihfungsikan menjadi kamera dengan mode pesawat. Jadi, tak perlu bawa charger ponsel. Berapa hari aku di pelosok desa? 3 hari 3 malam.
Langganan:
Postingan (Atom)
-
Bismillah Bisa dibilang, hari ini hari yang cukup mendebarkan. Di satu sisi aku harus menyelesaikan desain eksisting 3D mushala jurusan, a...
-
Bismillah Perkembangan teknologi menjauhkan manusia dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Polusi cahaya mengubah bintang-bintang di langit me...
-
Salam sejahtera atasmu sekalian. Nama saya Luqman Raharjo yang dilahirkan di salah satu rumah persalinan di Kota Surabaya. Hingga saat ini...