Kamis, 28 Januari 2016

Dari Nasi Padang Sampai Kemana-mana

Bismillah

Masakan Padang, siapa yang nggak tau? Masakan dari Sumatera Barat terkenal dengan sambel ijonya (lado ijo) juga rendang yang jadi urutan pertama makanan paling lezat sedunia jare CNN. Sebelum magrib, aku berniat membeli masakan padang untuk dimakan bersama di rumah.

Warung Padang yang kelebihan piring
Sepulang dari masjid, aku segera menyalakan motor untuk membeli masakan padang (jaraknya sekitar 1 km dari rumah). Kutaruh buku di bagasi, barangkali perlu menunggu lama sewaktu membungkusnya. Padahal nggak pernah lama..

Selasa, 19 Januari 2016

Mau Move On?

Bismillah

Pertanyaan-pertanyaan itu muncul. Apa hukumnya ini? Apa hukumnya itu? Aku bukanlah ahli hukum yang bisa menjawab seluruh permasalahan yang ada mengingat aku masih belum punya pemahaman ushul fiqh. Namun, ada hal yang menarik ketika pertanyaan itu dilanjutkan dengan, "Gimana caranya biar nggak terulang?" Itu masuk ranahnya bongkarhabit.



Bongkarhabit, atau mengubah kebiasaan memang bukanlah hal yang mudah, tetapi bukan berarti nggak mungkin berubah. Pernah kujawab dengan ayat dorongan semangat dari surat Al Baqarah ayat 74 mengenai hati yang lebih keras dari batu, padahal dari batu itu bisa pecah karena air. "Harapan itu masih ada!" Namun, kurasa ayat ini nggak begitu mudah dimaknai sebagai ayat dorongan semangat.


Senin, 18 Januari 2016

Polisi Ditakuti?

Bismillah

Ada beberapa cerita yang membuat judul tulisan ini menjadi sesuai dengan isinya..

Beberapa pekan yang lalu, aku menyerahkan kepalaku untuk dipangkas di tukang pangkas rambut. Karena sebab perbedaan umur dan seringkali obrolanku agak berbeda, mas-mas yang biasa memangkas rambutku lebih memilih mengobrol dengan pelanggan lain yang lebih tua.

Saat itu obrolan dimulai dari pelanggan. Beliau bercerita mengenai pekerjaannya menjadi seorang tukang. Entah tukang apa, aku tak menanyakan. Pernah suatu ketika beliau berada di rumah orang yang cukup kaya didapati penghuninya sedang bertengkar dengan sesamanya. Beberapa hari kemudian, salah seorang penghuni ditahan kepolisian, dan beliau diundang untuk menjadi saksi atas perkelahian yang terjadi karena berada di tempat saat kejadian sedang berlangsung.


Jumat, 15 Januari 2016

3 4 1437

Bismillah

Angka di atas bukanlah angka-angka keramat dari mistisme Jawa, tapi angka itu akan sangat dipahami jika memahami 4 digit terakhirnya, 1437. Ya, itulah penanggalan hijriyah, penanggalan Umat Islam yang seringkali diabaikan oleh penganutnya sendiri.

3 4 1437 berarti kemarin lusa sejak matahari terbenam sampai matahari terbenam hari kemarin. Alhamdulillah, entah kalimat apa lagi yang harus kuucapkan mengingat betapa banyak nikmat-Nya yang tak mungkin bisa kuhitung satu-persatu. Terlebih lagi di tanggal ini aku bertemu dengan Dr. Adian Husaini, mengingatkanku akan sejarah di Indonesia. Ya, sejarah.

Entah apa yang terjadi dalam diriku. Ketika aku membaca atau menyimak buku-buku sejarah, aku merasa tak tertarik. Padahal guruku seringkali mengatakan bahwa kita harus belajar dari sejarah untuk supaya kita bisa menghargai usaha-usaha para pejuang dulu *konteksnya sejarah nasional Indonesia* Aku merasa sejarah begitu hambar, hanya berisikan peristiwa, tanggal, lokasi, dan  siapa saja yang terlibat di dalamnya. 4 poin itu sangat kental dari soal-soal yang harus kami kerjakan di LKS. Aku merasa, nasionalismeku tak bertambah setelah membaca buku sejarah!

Itu sewaktu SD.. Semoga Allah al hayyu al qayyum memberikan ampunan kepada guruku yang telah meninggal..

Sewaktu SMP, pelajaran sejarah naik level. Meski sejarah nasional masih ada, masih saja tak menaikkan rasa nasionalismeku. Naik level di sini adalah adanya perang dunia yang sangat digemari teman-temanku. Entah mungkin terdengar lebih menarik kisah-kisahnya daripada sejarah nasional. Ya, kisahnya!

Rentetan cerita yang dituturkan secara apik dari guruku itulah yang membuatku merasa tertarik dengan sejarah. Aku bisa merasakan perjuangannya meskipun sedikit, hingga ketika SMA datang, pertanyaan muncul:

Kita adalah negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia. Aneh sekali, apa peran Umat Islam dalam sejarah nasional? Ya, ada. Umat Islam dalam sejarah tergambar sebagai pemberontak DI/TII. Namun, lebih tepatnya peran Umat Islam tak ditonjolkan dalam sejarah. Kisah Syarikat Dagang Islam tak dijabarkan, kisah perumusan Piagam Jakarta yang mengusulkan "Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, kisah dibalik takbinya Bung Tomo di Surabaya, dll. Sangat berbeda ketika aku membaca sirah nabawi. Aku terlarut di dalamnya seolah-olah aku bertemu dengan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

Ya, aku muak dengan sejarah. Sejarah yang ada di kurikulum pendidikan formal Indonesia yang ternyata banyak direkayasa. Politik etis yang digagas oleh Belanda tak ubahnya dengan mengalihkan masyarakat Indonesia (pra kemerdekaan) dari pesantren menuju sekolah yang jauh dari-nilai-nilai Islami. Tak diarahkan menjadi manusia yang bertauhid dan berakhlak yang baik, tetapi diarahkan menjadi tenaga kerja yang terampil. Ya, tak disinggung sama sekali peran pesantren di kurikulum pendidikan formal di Indonesia.

Ada banyak hal yang ingin kutuliskan mengenai sejarah yang direkayasa. Hanya saja, pemahamanku akan sejarah yang sesungguhnya masih dangkal. Aku masih perlu banyak belajar, baik isinya, maupun metode analisisnya.. Pertanyaan untukmu:

Majapahit dalam sejarah digambarkan sebagai kerajaan yang menyatukan Nusantara. Mengapa candi terbesarnya hanya Prambanan di Jogja? *selebihnya, hanya candi-candi kecil dari bata tanpa relief*


Rabu, 25 November 2015

Menutut Sempurna

PLN (n.) Nyala tak dipuji, mati dimaki-maki (Wirawan, H:2015)

Bismillah

Kita manusia memang banyak menuntut. Dengan mudahnya mencelatu sesuatu yang tak sempurna. Aku sendiri sering juga sih sewaktu lihat film. Kadang bilang "Wah, ceritanya cacat nih, alay". Tapi yang kukritik secara spontan itu untuk hal-hal yang bersifat komersial atau barang privat.

Aku jadi teringat waktu SD kelas satu dulu. Waktu itu lagi ada pengumpulan beras untuk zakat fitrah. Mungkin karena masih unyu-unyu kelas satu, sebagian beras berceceran di lantai. Aku ambil sapu, kubersihkan, kuarahkan ke balik pintu. Beres.

Selang beberapa pelajaran, guru kami menutup pintu. Eng ing eng.. "Siapa yang naruh beras di sini?" sontak teman-temanku menunjukku. Aku pun dimarahi. What the.. Hmm.. Waktu itu aku berpikir, "Mending nggak tak sapu tadi." Itu barang publik rek, bukan barang privat. Toh juga buat kebaikan kita bersama kelasnya jadi bersih, Padahal, harapanku kukerjakan ini, sisanya biar dikerjakan orang lain..

Ini beras, jangan salah fokus
Seringkali memang aku membuat ide setengah jadi, mengusulkan solusi yang belum final. Tujuan besarnya seperti apa, langkah garis besarnya seperti apa dengan harapan ada orang yang mau turut serta dalam proses menggodok ide itu. Tapi kenyataannya "Kalau usul ide yang utuh dong"


Minggu, 15 November 2015

Minaret yang Terluka

Bismillah

Sore tadi, dunia seakan mencekam. Entah apa yang kupikirkan, kubuka jendela kamarku, kulangkahkan kaiku menaiki atap sebagaimana dulu ketika aku SD SMP. Masih segar dalam ingatanku. Aku meraih atap tertinggi, menatap cakrawala, menandang tepian daratan, mengembangkan cita-cita. Tapi kali ini aku tak berniat seperti itu. Aku hanya ingin mendapatkan angin segar untuk membacakan ayat-ayat Al Quran di tempat yang tenang, menenangkan diri yang resah.

Awalnya aku menghadap jalanan. Ah, hingar bingar manusia melintasi jalan tak sedap dilihat. Kualihkan hadapanku membelakangi jalan. Ya, itu lebih baik. Hampir saja aku duduk, terdengar keras di langit, "Astaghfirullah, rabbal baraya, astaghfirullah, minal khataya.."

Astaghfirullah! Di manakah bisa kudapatkan tempat yang tenang!

...

Senin, 02 November 2015

Tema Baru Liburan

Bismillah

Di antara perihnya mata plus nyeri tulang, berita duka terdengar dari jauh di sana. Aku teringat dengan sebagian kisah Pangeran Dipo Negoro versi bukan buku sekolah. Kita tahu sendiri buku sejarah di sekolah itu nggak banget. Aku nggak merasakan rasa cintaku akan negeriku sendiri bertambah setelah baca buku itu. Sejarah santri dalam mempertahankan kemerdekaan pun tak dibahas sama sekali, padahal pesantren di Indonesia tak terkira jumlahnya. Adanya, Islam sebagai pemberontak seperti DI/TII..