Ada beberapa perbedaan Ramadan yang aku jalani saat ini dengan Ramadan sebelumnya.
Tahun: jelas beda lah ya
Musim: tahun sebelumnya rata-rata kemarau. Sekarang mirip sih, tapi di 10 Ramadan terakhir kali ini banyak mendungnya (bikin khawatir)*
Suhu: tahun sebelumnya suhu di beberapa hari Ramadan terakhir sempat 21. Ramadan tahun ini nggak pernah lihat suhu, hehe. Sepertinya nggak sampai 23 sih.
Kondisi: tahun kemarin dunia baik-baik saja. Tahun ini negara api menyerang (wabah covid-19), jadinya nggak bisa keluyuran.
Kota: 7 hari pertama tahun kemarin di Purwakarta dan Depok, sisanya di Surabaya, beberapa hari terakhir sempat di Sragen-Jogja. Sekarang full di Denpasar. Eh, ngapain di Denpasar?
Lokasi: tahun kemarin itu di rumah, di masjid, di kantor, di kereta, di bis, di rumah teman, di kutab, di markas startupnya Pak Iqbal. Tahun ini full di kosan, kadang keluar beli makanan dan bahan makanan sih. Eh, di kosan? Sejak kapan ngekos? Eh, nggak ding. Sempat beberapa hari opname di RS gara² trombosit di bawah 100 ribu.
Tarawih: tahun kemarin kadang habis isya, kadang habis meeting di kantor. 10 malam terakhir full di masjid sih, ikut qiyamul lail. Sekarang full di kosan. Kadang habis isya, kadang habis tidur malam. 10 malam terakhir dipecah sih, separuh habis isya, sisanya habis bangun tidur.
Buka bareng: tahun kemarin bareng keluarga, bareng temen kuliah, bareng temen kantor, bareng jamaah masjid yang lain. Alhamdulillah, tahun ini bareng istri. Eh, sejak kapan nikah? Sejak sebelum negara api menyerang, hehe.
Lokasi: tahun kemarin itu di rumah, di masjid, di kantor, di kereta, di bis, di rumah teman, di kutab, di markas startupnya Pak Iqbal. Tahun ini full di kosan, kadang keluar beli makanan dan bahan makanan sih. Eh, di kosan? Sejak kapan ngekos? Eh, nggak ding. Sempat beberapa hari opname di RS gara² trombosit di bawah 100 ribu.
Tarawih: tahun kemarin kadang habis isya, kadang habis meeting di kantor. 10 malam terakhir full di masjid sih, ikut qiyamul lail. Sekarang full di kosan. Kadang habis isya, kadang habis tidur malam. 10 malam terakhir dipecah sih, separuh habis isya, sisanya habis bangun tidur.
Buka bareng: tahun kemarin bareng keluarga, bareng temen kuliah, bareng temen kantor, bareng jamaah masjid yang lain. Alhamdulillah, tahun ini bareng istri. Eh, sejak kapan nikah? Sejak sebelum negara api menyerang, hehe.
Sebenarnya ada banyak hal lain yang membedakan Ramadan tahun ini sama tahun sebelumnya. Tapi nggak kutulis karena aku nggak ingat betul bedanya apa saja.
Jelasnya, saat ini wabah covid-19 sedang menyerang dunia berbagai belahan. Banyak kegiatan karena takut terserang jadi harus dihentikan. Bahkan untuk beribadah di masjid pun harus ditiadakan.
Suasananya jarang pernah terbayang. Dunia mencekam karena nyawa mudah melayang. Sisa kamar rumah sakit menipis dan kantong darah pun habis. Stok makanan harus dibuang karena distribusinya terhadang. Otomatis, kedepannya kemungkinan akan ada krisis pangan kalau tanpa ada tindakan. Tapi semua ini tentu ada hikmahnya kalau kita mau merenungi nikmat-nikmatNya. Apa saja hikmahnya?
1. Alhamdulillah, bersyukur harus lebih banyak karena masih diberi kesempatan menghirup udara secara layak. Sementara sebagian saudara kita harus tinggal di rumah sakit yang sesak, tanpa saudara tanpa sanak.
2. Alhamdulillah, covid-19 memang membuat banyak kegiatan jadi libur. Artinya keluarga bisa semakin rekat dan melebur. Dulu sering sendiri dalam tidur, sekarang tiap malam bisa sekasur.
3. Alhamdulillah, wabah memang membuat kantor berpindah ke rumah. Jadinya waktu luang semakin melimpah. Waktunya kembali belajar dan berberbenah. Belajar bahasa Al Quran yang penuh hikmah.
4. Alhamdulillah, sedih dan haru rasanya. Karena berpisah dengan Ramadan yang mulia. Semoga amal kebaikan kita semua diterima, dan mendapat ampunan dari Allah yang tiada duanya.
تقبل الله منا و منكم صيامنا و صيامكم
Selamat Hari Raya Idulfitri 1441 H
Luqman sekeluarga di seberang timur Jawa