Senin, 30 April 2018

Obrolan Bersama Orang Rantau

Bismillah

Alhamdulillah, entah kenapa kemarin aku mau manas bolak-balik dari rumah - IBF - kampus - IBF - kampus. IBF adalah singkatan dari Islamic Book Fair, kegiatan (biasanya) tahunan Kota Surabaya untuk memperingati hari jadinya. Jelasnya, aku menjemput teman kampusku yang kutahu sudah hampir setahun belum balik ke kampungnya di Tanah Minang setelah kelulusan.



Bisa dibilang kami cukup dekat. Kami sering diskusi sejak maba mengenai bahasan yang jarang dibahas. Kami adalah segelintir orang yang rela memasuki bahasan menjemukan dan membingungkan di tengah lingkungan fakultas kami yang dibilang hedonis, bahkan sebagian menjuluki fakultas kami sebagai blackspot of call. Sempat tidak ada yang mau mendaftar sebagai calon Ketua BEM-F, bahkan ketika isu pembubaran BEM-F pun tidak ada yang peduli, termasuk diriku, kecuali sedikit.

Selalu ada saja bahasan yang kami cukup enjoy. Kami membincangkan pekerjaan teman-teman angkatan lulusan jurusan yang menyebar dimana-mana dengan cerita KKN. Sementara temanku yang satu ini belum bekerja karena memegang idealismenya.

Saat itu aku belum menceritakan apa yang sedang kutekuni. Dia menanyakan padaku yang intinya adalah tidak sekadar mencari kaya saja, tetapi juga mempertahankan idealisme. Aku pun menjawab, "Kalau ada orang lain yang punya visi besar, bergabunglah."

Sebelum shalat asar, kami makan bersama di salah sekitar Pasar Pucang. Aku pun mulai menceritakan dunia yang sedang kutekuni: menjadi mobile software developer untuk perbaikan pangan Indonesia.

===

Di akhir tur IBF, aku merasa senang dan heran. Senang karena menemukan buku The Harmony of Humanity, ditulis oleh bukan seorang sekularis, tepatnya Prof. Dr. Raghib as Sirjani. Membaca prolognya seakan membuka buku Muqaddimah karya Ibnu Khaldun. Heran karena buku itu masuk dalam obral -kategori buku yang kurang laku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar