Bismillah
Angka di atas bukanlah angka-angka keramat dari mistisme Jawa, tapi angka itu akan sangat dipahami jika memahami 4 digit terakhirnya, 1437. Ya, itulah penanggalan hijriyah, penanggalan Umat Islam yang seringkali diabaikan oleh penganutnya sendiri.
3 4 1437 berarti kemarin lusa sejak matahari terbenam sampai matahari terbenam hari kemarin. Alhamdulillah, entah kalimat apa lagi yang harus kuucapkan mengingat betapa banyak nikmat-Nya yang tak mungkin bisa kuhitung satu-persatu. Terlebih lagi di tanggal ini aku bertemu dengan Dr. Adian Husaini, mengingatkanku akan sejarah di Indonesia. Ya, sejarah.
Entah apa yang terjadi dalam diriku. Ketika aku membaca atau menyimak buku-buku sejarah, aku merasa tak tertarik. Padahal guruku seringkali mengatakan bahwa kita harus belajar dari sejarah untuk supaya kita bisa menghargai usaha-usaha para pejuang dulu *konteksnya sejarah nasional Indonesia* Aku merasa sejarah begitu hambar, hanya berisikan peristiwa, tanggal, lokasi, dan siapa saja yang terlibat di dalamnya. 4 poin itu sangat kental dari soal-soal yang harus kami kerjakan di LKS. Aku merasa, nasionalismeku tak bertambah setelah membaca buku sejarah!
Itu sewaktu SD.. Semoga Allah al hayyu al qayyum memberikan ampunan kepada guruku yang telah meninggal..
Sewaktu SMP, pelajaran sejarah naik level. Meski sejarah nasional masih ada, masih saja tak menaikkan rasa nasionalismeku. Naik level di sini adalah adanya perang dunia yang sangat digemari teman-temanku. Entah mungkin terdengar lebih menarik kisah-kisahnya daripada sejarah nasional. Ya, kisahnya!
Rentetan cerita yang dituturkan secara apik dari guruku itulah yang membuatku merasa tertarik dengan sejarah. Aku bisa merasakan perjuangannya meskipun sedikit, hingga ketika SMA datang, pertanyaan muncul:
Kita adalah negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia. Aneh sekali, apa peran Umat Islam dalam sejarah nasional? Ya, ada. Umat Islam dalam sejarah tergambar sebagai pemberontak DI/TII. Namun, lebih tepatnya peran Umat Islam tak ditonjolkan dalam sejarah. Kisah Syarikat Dagang Islam tak dijabarkan, kisah perumusan Piagam Jakarta yang mengusulkan "Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, kisah dibalik takbinya Bung Tomo di Surabaya, dll. Sangat berbeda ketika aku membaca
sirah nabawi. Aku terlarut di dalamnya seolah-olah aku bertemu dengan Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam.
Ya, aku muak dengan sejarah. Sejarah yang ada di kurikulum pendidikan formal Indonesia yang ternyata banyak direkayasa. Politik etis yang digagas oleh Belanda tak ubahnya dengan mengalihkan masyarakat Indonesia (pra kemerdekaan) dari pesantren menuju sekolah yang jauh dari-nilai-nilai Islami. Tak diarahkan menjadi manusia yang bertauhid dan berakhlak yang baik, tetapi diarahkan menjadi tenaga kerja yang terampil. Ya, tak disinggung sama sekali peran pesantren di kurikulum pendidikan formal di Indonesia.
Ada banyak hal yang ingin kutuliskan mengenai sejarah yang direkayasa. Hanya saja, pemahamanku akan sejarah yang sesungguhnya masih dangkal. Aku masih perlu banyak belajar, baik isinya, maupun metode analisisnya.. Pertanyaan untukmu:
Majapahit dalam sejarah digambarkan sebagai kerajaan yang menyatukan Nusantara. Mengapa candi terbesarnya hanya Prambanan di Jogja? *selebihnya, hanya candi-candi kecil dari bata tanpa relief*