Senin, 02 November 2015

Tema Baru Liburan

Bismillah

Di antara perihnya mata plus nyeri tulang, berita duka terdengar dari jauh di sana. Aku teringat dengan sebagian kisah Pangeran Dipo Negoro versi bukan buku sekolah. Kita tahu sendiri buku sejarah di sekolah itu nggak banget. Aku nggak merasakan rasa cintaku akan negeriku sendiri bertambah setelah baca buku itu. Sejarah santri dalam mempertahankan kemerdekaan pun tak dibahas sama sekali, padahal pesantren di Indonesia tak terkira jumlahnya. Adanya, Islam sebagai pemberontak seperti DI/TII..



Kembali lagi ke kisah Dipo Negoro yang kuterima dari penutur Jogja. Kisahnya luar biasa! Belum pernah kudengar kisah versi itu. Kisahnya tak hanya menampilkan sosok heroik dari sang Pangeran, tapi juga imbas dari penjajahan Inggris-Belanda yang mengacaukan sistem keraton Hamengku Buwono. Tak kusangka, kondisi keraton saat itu sangat Islami. Sultan yang fasih berbahasa Arab, hijab sang istri yang syar'i, tarian keraton yang berkomposisi laki-laki tanpa perempuan, dll. Kondisinya sangat berbeda dengan sekarang, bahkan dengar-dengar keraton sekarang dipimpin seorang nonis. Wallahu a'lam..

Mendengar kisah ini, aku teringat dengan kajian yang dikirimkan temanku dari Jawa Barat. Pentingnya mengenal nasab. Dengan nasab, kau akan lebih mudah mengenali potensimu. Dengan nasab, kau akan mengenal sejarahmu. Dengan nasab, kau akan lebih terjaga karena menjaga nama baik nasabmu.



Setelah kutanyakan kepada Ayahku, keluargaku bukanlah pemegang tradisi tulis-menulis. Garis nasab pun harus dilacak ulang yang berarti saatnya bersiap untuk berlibur dengan tema baru, sebelum garis itu terhapus dari sejarah..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar