Selasa, 28 Juli 2015

INTJ --> ISFJ (agak berat)

Bismillah

Barangkali ada yang belum tau apa itu INTJ, apa itu ISFJ, itu cuma 2 dari 16 tipe kepribadian dari MBTI. Kalau masih bingung juga, baca dulu dari http://www.si-pedia.com/2014/03/tes-kepribadian-mbti-online-gratis-bahasa-indonesia.html

---

Begini. Pertama kali aku ikut tes MBTI, kurang lebih September 2013, hasilnya menunjukkan INTJ. Memang pas sih, waktu itu aku sedang menjadi komting angkatan, dan bisa dibilang aku berlaku otoriter. Aku menganggap apa yang aku yakini adalah benar dan orang lain perlu ikut dengan keyakinanku. Padahal, angkatanku berasal dari berbagai latar dan daerah. Dari Sabang sampai Merauke bahkan ada yang dari luar negeri. Agak alay se, tepatnya dari Agam, Sumatera Barat sampai Jayapura, Papua plus Timor Leste.


Awalnya sih, ketika aku menerima menjadi komting aku berharap, "Mungkin 2 pekan akan ganti komting." mengingat pengalamanku menjadi pemimpin dengan corak yang homogen, tidak seperti saat itu. Ternyata lebih dari itu. Memasuki pekan ketiga, aku baru tau kalau aku seorang INTJ. Aku baru menyadari bahwa diriku memiliki suatu kharisma sehingga diikuti angkatanku. Aku semakin yakin dengan apa yang kulakukan. Alhasil, clash of culture terjadi. Hehe..

Kendala yang kumiliki saat itu adalah aku tidak menceritakan proses berpikirku, mengapa aku bisa mengambil kesimpulan yang berbeda dengan yang lain. Di sisi yang lain, ketika aku mencoba menjelaskan proses berpikirku, hanya sedikit yang bisa memahami. Aku jadi tak perlu menjelaskannya, karena kuanggap percuma.

Hari demi hari berlalu, pekan bergeser ke pekan lainnya, bulan berganti sesuai nama-namanya, semester kuliah semakin bertambah. Di dua semester awal, aku bereksperimen dengan angkatanku, terutama masalah kelompok tugas kuliah. Ibaratkan penelitian, objeknya adalah angkatanku (kelas A dan B), variabel bebasnya adalah sistem pengelompokan, variabel terikatnya adalah interaksi yang terjadi di setiap kelompok.

Kelas A, kubiarkan begerak dengan sendirinya. Yang terjadi adalah mereka memilih sesuai dengan yang mereka inginkan, kecuali ada campur tangan dosen. Sementara kelas B, tak kubiarkan mereka memilih secara bebas. Kukomposisikan seluruhnya, atau kukomposisikan sebagian di tiap kelompok lalu memilih sisanya layaknya hunger games atau pendahulunya, battle royale, saling berebut perlengkapan terbaik, atau kukomposisikan sebagian kelompok di tiap kelompok lalu sisanya yang memilih, atau cara-cara lain. Sepurane yo rek.
Ibarat Battle Royale 2, mungkin aku adalah Riki Takeuchi :D
Alhasil, sekalipun masih ada polarisasi tempat duduk, kelas B bisa menerima apapun komposisi kelompoknya. Sementara pada kelas A, sebagian menolak komposisi tertentu bahkan tega mengelompokkan yang gabut dengan yang gabut.

Dalam prosesnya, ada hal menarik. Dalam pertengkaran-pertengkaran berebut orang, aku belajar. Aku pelajari mengapa orang-orang bertengkar, mempertaruhkan kenginannya. Poin menariknya adalah tiap orang memiliki pengalaman yang berbeda, mempengaruhi wawasannya, mempengaruhi keinginannya. Entahlah, aku cukup kesulitan menuliskannya. Yang jelas, cara berpikir orang berbeda-beda, dan itulah yang sedang aku pahami. Poin yang lebih menarik lagi adalah pengaturan sosial itu diperlukan untuk menciptakan keadilan. Yang kuat membantu yang lemah, yang lemah berusaha memperbaiki diri.

Hari demi hari berlalu, pekan bergeser ke pekan lainnya, bulan berganti sesuai nama-namanya, semester kuliah semakin bertambah. Semester tiga adalah kali pertama aku mendengarkan kajian fiqh aulawiyat. Sangat menarik. Secara tak sadar kajian itu menggiringku untuk berusaha memahami orang lain. Bukan melihat dari perilakunya, tetapi apa yang membuat perilaku itu muncul.

Di semester 3 pula kali pertama aku merasakan asrama. Bermukim dengan tetangga baru, berinteraksi (terutama pada pedagang) dan berhadapan dengan masalah-masalah di masyarakat. Ketika ada penggalian jalan untuk drainase di dekat asrama, jalanan menjadi macet. Dua mobil berhadap dari arah berlawanan, tak ada yang mau mengalah. Masya Allah, aku yang sedang naik motor tiba-tiba turun lalu menginstruksikan pengendara-pengendara di belakang mobil untuk mundur dan mengantre. Aku berusaha memberi jarak supaya mobil juga bisa ikut mundur dan mobil di depannya bisa maju.

Entahlah, aku merasa senang dengan hal ini. Aku semakin senang dengan altruisme - anonim, membantu orang lain dengan tidak menampakkan identitas. Help then hide. Mungkin saja, dari situ tes MBTIku kemarin berubah menjadi ISFJ.

ISFJ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar